I PENDAHULUAN
Manusia merupakan satu dari jutaan Makhluk Allah yang hidup dengan berkelompok.
semakin maju peradaban, semakin maju pula cara manusia berkelompok. Seperti yang kita
lihat ahir-ahir ini, banyak sekali muncul kelompok, komunitas, ataupun organisasi dengan
berbagai latar belakang.
Sebuah organisasi, tentu tidak akan pernah menjadi besar jika anggotanya hanya berfikir
bahwa keberadaanya dalam organisasi tersebut hanya didasarkan atas kesamaan nasib
belaka. Tentu dalam perjalananya anggota organisasi yang seperti itu haruslah melakukan
redefinisi atas eksistensinya tersebut.
Persamaan tujuan, salah satu hal yang bisa memacu semua anggota organisasi untuk lebih
memajukan organisasinya. Dinamika dalam pencapaian suatu tujuan merupakan hal yang
wajar, selama masing-masing pihak masih punya ghiroh untuk duduk bersama dengan azas
kekeluargaan yang profesional. karena jika disikapi dengan arif, sebuah konflik bisa
menjadi elemen yang konstruktif untuk memajukan organisasi.
Suatu organisasi tentu akan terjadi suatu dinamika dimana menuntut perhatian pengurus
dan anggotanya. Dinamika organisasi yang harus dikelola secara cerdas dan konstruktif
ialah terletak pada konflik yang sering timbul di suatu organisasi, karena dalam
kenyataannya konflik tidak selamanya bersifat destruktif akan tetapi akan mampu
meningkatkan produktifitas suatu organisasi apabila dapat di atasi dan dikelola dengan
baik. Pada kenyataanya ada hal-hal yang dapat mempengaruhi pergerakan atau proses
berjalannya suatu organisasi. Empat alasan utama untuk adanya dinamika organisasi :
1) Adanya pekerjaan memerlukan pengorganisasian
2) Hasil-hasil yang tak terpisahkan dari personal
3) Pertimbangan ekonomis, pertumbuhan dan ketegangan
4) Perubahan teknologi
II PEMBAHASAN
==> Dinamika Konflik
• Pengertian Konflik
Kata ‘Konflik’ itu berasal dari bahasa Latin ‘Confligo’, yang terdiri dari dua kata, yakni
‘con’, yang berarti bersama-sama dan ‘fligo’, yang berarti pemogokan, penghancuran atau
peremukan.
Para ahli memberikan definisi yang berbeda tentang konflik, sesuai dengan sudut tinjauan
masing-masing. Berikut beberapa definisi konflik :
1) Sebagai Proses, Robbins (1994 : 451) menyebut konflik as a process in which an
effort is purposely made by A to offset the efforts of B by some form of
blocking that will result in frustrating B in attaining his or her goals or furthering
his or her interests.
2) Sebagai Pertentangan, pengertian DuBrin (1984 : 346), mengacu pada
pertentangan antar individu, kelompok atau organisasi yang dapat meningkatkan
ketegangan sebagai akibat yang saling menghalangi dalam pencapaian tujuan.
3) Sebagai Perilaku, Tjosfold (dalam Champoux, 1996 : 295), memandang Konflik
dalam organisasi sebagai perilaku yg berlawanan dan bertentangan.
4) Sebagai Hubungan, Martinez dan Fule (2000 : 274) menyatakan konflik adalah
suatu hubungan yang terjadi antara dua orang, kelompok, organisasi maupun
golongan.
5) Sebagai Situasi, Nelson dan Quick (1997 : 178) melihat konflik sebagai suatu
situasi dimana tujuan, sikap, emosi dan tingkah laku yang bertentangan
menimbulkan oposisi dan sengketa antara dua kelompok atau lebih.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari berbagai pendapat di atas, ialah bahwa konflik adalah
suatu proses yang bermula dari konflik laten (terpendam). Jika tidak diselesaikan akan
berkembang dan membahayakan organisasi. Kemudian, Konflik juga adalah suatu perilaku
beroposisi. Artinya, orang yang terlibat konflik akan melakukan hal-hal yang menentang
atau menghalangi usaha lawan. Terakhir, Konflik adalah suatu hubungan yang selalu
terjadi pada setiap manusia selama dia melakukan hubungan.
• Mengapa Konflik..?
Secara umum karena ada perbedaan pendapat antara anggota, yang menimbulkan konflik.
Misalnya : perbedaan persepsi, perbedaan cara merealisasikan tujuan dan juga perbedaan
kepentingan.
• Konflik Organisasi
Konflik Organisasi (organizational conflict) adalah perbedaan pendapat atau pertentangan
antara dua atau lebih individu-individu atau kelompok-kelompok atau unit-unit kerja
dalam organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi
sumber daya yang terbatas dalam aktivitas kerja dan kenyataan bahwa mereka memiliki
tujuan, nilai, persepsi, dan interes yang berbeda.
Untuk mencapai tujuan organisasi, tidak jarang terjadi perbedaan persepsi atau pandangan di
antara individu atau di antara kelompok individu dalam menerjemahkan misi organisasi sehingga
menimbulkan konflik
Konflik dalam organisasi ditandai dengan ciri-ciri;
1) terdapat perbedaan pendapat / petentangan antara individu atau kelompok,
2) terdapat perselisihan dalam mencapai tujuan disebabkan adanya perbedaan persepsi
dalam menafsirkan program organisasi,
3) terdapat pertentangan norma dan nilai-nilai individu atau kelompok,
4) adanya pertentangan sebagai akibat munculnya gagasan – gagasan baru dalam
mencapai tujuan organisasi secara efektif.
5) adanya sikap dan prilaku saling menghalangi pihak lain untuk memperoleh
kemenangan dalam memperebutkan sumber daya organisasi yang terbatas.
==> Jenis-jenis Konflik
Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik yaitu
konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik antar individu dan kelompok, konflik
antar kelompok dan konflik antar organisasi.
# Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi
bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin
dipenuhi sekaligus. Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya
terdapat hal-hal sebagai berikut:
1) Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan peranan-peranan yang bersaing
2) Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan
kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan.
3) Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara dorongan dan
tujuan.
4) Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi tujuan
yang diinginkan.
Hal-hal di atas dalam proses adaptasi seseorang terhadap lingkungannya acapkali
menimbulkan konflik. Kalau konflik dibiarkan maka akan menimbulkan keadaan yang
tidak menyenangkan. Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :
1) Konflik pendekatan-pendekatan,
Contoh: orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.
2) Konflik pendekatan – penghindaran,
Contoh: orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.
3) Konflik penghindaran-penghindaran
Contoh : orang yang dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan
negatif sekaligus.
# Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang
berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan
suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam ini
akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak
akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.
# Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok. Hal ini seringkali
berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai
konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai contoh
dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena
ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.
# Konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama. Konflik ini merupakan tipe
konflik yang banyak terjadi di dalam organisasiorganisasi. Konflik antar lini dan staf,
pekerja dan pekerja – manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok.
# Konflik antara organisasi. Sebagai contohnya seperti di bidang ekonomi dimana
Amerika Serikat dan negara-negara lain dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini
biasanya disebut dengan persaingan. Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah
menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan servis
baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.
==> Sumber-sumber Konflik
Sumber-sumber yang menjadikan konflik tersebut muncul, secara umum biasanya terjadi
karena hal dibawah ini:
1. Adanya aspirasi yang tidak ditampung.
2. Saling ketergantungan tugas.3. Ketergantungan satu arah.
4. Ketidakpuasan, perasaan ketidakadilan.
5. Distorsi komunikasi.
6. Tidak ada pedoman.
7. Aturan yang kurang jelas.
8. Kurang transparannya beberapa hal.
==> Strategi Penyelesaian Konflik
1) Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak
terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan
ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang
berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam konflik
dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk
memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”
2) Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah,
khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya
kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat
yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan
menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
3) Kompetisi
Gunakan metode ini jika kita percaya bahwa kita memiliki lebih banyak informasi dan
keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika kita tidak ingin
mengkompromikan nilai-nilai kita. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa
jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
4) Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan,
saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat
menguntungkan semua pihak.
5) Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja
yang sama. Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling
mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.
==> Motivasi
Motivasi secara umum sering diartikan sebagai sesuatu yang ada pada diri seseorang yang
dapat mendorong, mengaktifkan, menggerakkan dan mengarahkan perilaku seseorang.
Dengan kata lain motivasi itu ada dalam diri seseorang dalam wujud niat, harapan,
keinginan dan tujuan yang ingin dicapai.
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas
perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya. Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003)
mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa
indikator, diantaranya:
(1) durasi kegiatan;
(2) frekuensi kegiatan;
(3) persistensi pada kegiatan;
(4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
(5) devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
(6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
(7) tingkat kualifikasi prestasi yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan;
(8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
==> Teori Motivasi
Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang
motivasi, diantaranya :
1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada
pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
(1) Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : lapar, haus, istirahat dan sex
(2) Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga
mental, psikologikal dan intelektual
(3) Kebutuhan akan kasih sayang (love needs)
(4) Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), pada umumnya tercermin dalam
berbagai simbol-simbol status; dan
(5) Aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan seseorang
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi
kemampuan nyata.
2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for
Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan
kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Menurut McClelland karakteristik orang
yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu :
(1) preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat;
(2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka
sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain.
(3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka,
dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
3. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG”)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer
merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu :
E = Existence (kebutuhan akan eksistensi),
R = Relatedness (kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan
G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)
Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :
# Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan
untuk memuaskannya;
# Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar
apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
# Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi,
semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
# Pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena
menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif
yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang
mungkin dicapainya.
4. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman
motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor”
dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.
• Faktor Motivasional
Fakor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya
intrinsic (bersumber dalam diri seseorang).Misal : pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh,
kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain.
• Faktor Hygiene
Faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
(bersumber dari luar diri), yang turut menentukan perilaku seseorang dalam
kehidupan seseorang.
Misal : status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan
atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan
yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi
dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah
memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam
kehidupan seseorang, apakah bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.
5. Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan
kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang
diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang
diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
• Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
• Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya.
• Bila itu tidak mungkin, kita menghapus kekecewaan dengan meng-undurkan diri
dari organisasi tsb.
6. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam
mekanisme motivasional yakni :
1) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian;
2) tujuan-tujuan mengatur upaya;
3) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan
4) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan
7. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation”
mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “Teori Harapan”. Menurut teoriini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan
perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang
diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan
tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya
mendapatkannya. Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata
bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu
cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang
diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu
tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Di dalam teori ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang
menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai
konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan
perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan. Contoh yang
sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan
baik dalam waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian
tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru tik tersebut
menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih
tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya,
misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin
bertambah, pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di
kemudian hari.
Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat
teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner.
Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku
pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada
waktunya di tempat tugas.
Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi
perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui
dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula.
9. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah :
(a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri;
(b) harga diri;
(c) harapan pribadi;
(d) kebutuhaan;
(e) keinginan;
(f) kepuasan kerja;
(g) prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah :
(a) jenis dan sifat pekerjaan;
(b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung;
(c) organisasi tempat bekerja;
(d) situasi lingkungan pada umumnya;
(e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
III REFERENSI
1. Hasbullah, Dinamika Organisasi
2. Supriyadi, Teori Organisasi
3. Akhmad Sudrajat, Psikologi Pendidikan (Teori Motivasi)
Minggu, 20 Desember 2009
Minggu, 01 November 2009
Akhlak Kepemimpinan
بسم الله الرَّحْمٰنِ الرَّحِيـمِ
PENDAHULUAN
Istilah akhlaq adalah bentuk jamak dari kata khuluq. Kata akhlaq tidak ditemukan di dalam al-Quran. Yang ada adalah kata khuluq, disebut dua kali. Dalam al-Syu’ara (26): 137 إِنْ هَـٰذَا إِلاَّ خُلُقُ ٱلأَوَّلِينَ , kata khuluq dipakai untuk arti adat, kebiasaan, perilaku yang dibikin-bikin. Konteks ayat ini adalah ketika Nabi Hud mengajak kaum ‘Ad untuk mengikutinya dan bertakwa, mereka menolak dengan mengatakan bahwa ajaran Nabi Hud adalah “Sesungguhnya ini tiada lain hanyalah adat orang-orang zaman dahulu saja.” Sedangkan di dalam al-Qalam (68): 4 وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ diartikan dengan “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) mempunyai akhlaq yang agung.”
Ketika ‘Aisyah ditanya tentang akhlaq Rasulullah, dia menjawab, “Akhlaqnya adalah al-Quran” Kemudian ‘Aisyah membaca Surat al-Mu’minun (23): 1-9 yang memuat akhlaq kepada Allah, sikap diri, berbuat demi kesucian (لِلزَّكَـاةِ فَاعِلُونَ ), dan akhlaq kepada sesama manusia. Mungkin karena kata khuluq dipakai untuk perilaku dan kebiasaan Nabi (Hud dan Muhammad), maka kata khuluq (akhlaq) kemudian menjadi berarti sebuah adat kebiasaan atau perilaku yang baik dan agung.
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلآخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيراً
Sesungguhnya kamu mempunyai dalam diri Rasulullah teladan yang baik bagi orang yang mendambakan (bertemu) dengan Allah dan Hari Akhir, dan yang ingat kepada Allah sebanyak-nanyaknya. (Al-Ahzab (33): 21).
أَتَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ ٱلْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُون َ
Apakah kamu menyuruh orang supaya berbuat baik, sedangkan kamu melalaikan diri kamu sendiri, padahal kamu membaca Kitab. Apakah kamu tidak memakai akalmu? (Al-Baqarah (2): 44)
يٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُواْ لِمَ تَقُولُونَ مَا لاَ تَفْعَلُونَ
كَبُرَ مَقْتاً عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُواْ مَا لاَ تَفْعَلُونَ
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفّاً كَأَنَّهُم بُنْيَانٌ مَّرْصُوصٌ
Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan (organisasi), seakan mereka itu bangunan yang kokoh (Al-Shaff (61): 2-4)
KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan dari seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya), sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kepemimpinan terbentuk karena ada seseorang atau beberapa orang dalam warga masyarakat yang melakukan peranan yang lebih aktif dari warga yang lain, sehingga orang (beberapa orang) tadi tampak lebih menonjol dari yang lain dan bisa mempengaruhinya.
PRINSIP-PRINSIP DALAM MEMIMPIN
1. KHARISMATIK, orang muncul sebagai pemimpin karena mempunyai kharisma (daya pikat karena
pandai, menjadi contoh tauladan yang baik, baik hati, punya status tinggi, dan konsekwen kepada
kebenaran). Kemampuan management saja tidak mensyaratkan adanya contoh tauladan dan baik hati
dalam kehidupan sehari-hari.
2. DEMOKRATIS, dalam arti suka bermusyawarah dalam menentukan dan memutuskan suatu masalah.
3. PELOPOR, dalam memimpin, orang mempunyai visi dan misi yang kemudian dilaksanakan. Visi dan misi
itu hendaknya memberi perubahan ke arah yang lebih baik dan menyenangkan.
4. TEKUN MEMBINA DAN MEMIMPIN. Berbeda dengan orang yang sekedar menjadi manager,
seorang pemimpin harus tekun membina dan mengarahkan. Pemimpin terkadang perlu ikut terjun dan
memberi contoh tauladan.
DALAM PRAKTEK
==> Ikhlasun Niyyah: Niat ikhlas ber-Organisasi untuk ibadah
==> Itqanul ‘Amal: Beramal secara professional untuk mencapai kesempurnaan hasil
KUALITAS PEMIMPIN
1. Kebaikan pribadinya menonjol, sifat-sifatnya terpuji. Baik Hati (Nice, Smiling Face, Helpful), selalu
menjadi contoh tauladan.
2. Berani merubah sesuatu yang salah menjadi benar dan berjuang untuk mempertahankannya.
3. Sedikit bicara, banyak bekerja. Tidak banyak wacana, yang penting bekerja dan beramal.
4. Mengedepankan kebersamaan (kolegial), namun tetap dengan tanggung jawab masing-masing pribadi.
Semua diatur dalam tertib organisasi dengan disiplin yang tinggi. Seperti dalam shalat jamaah, maka shaf
harus diatur secara tertib.
harus diatur secara tertib.
......Kualitas Pemimpin Organisasi......
......Bermanfaat Bagi Organisasi.....
.....Bukan Yang Tidak Bermanfaat Atau Bahkan Membebani Organisasi....
1. Wajib memiliki perilaku mulia sehingga menjadi teladan bagi sesama (Uswatun hasanah). Berusaha
mempunyai sifat-sifat Nabi saw: Siddiq, Amanah, Tabligh, Fathanah. Dan juga sifat-sifat Nabi Musa as:
Al-Qawiyy dan Al-Amin (ini juga sifat Nabi Muhammad).
2. Perbanyak perbuatan baik (amal salih). Dalam beramal hendaklah dengan niyat ikhlas, bukan riya’ (karena
ingin dilihat orang). Hindari sifat-sifat sombong, boros, suka merusak, keji dan tidak patut.
3. Usahakan berperilaku mulia sehingga disukai dan diteladani, hindari perilaku tercela sehingga dibenci dan
dijauhi sesama.
dijauhi sesama.
4. Jauhi tindak korupsi dan kolusi, dan praktik-praktik buruk lainnya yang merugikan orang banyak dan
membawa kehancuran umat manusia
Minggu, 25 Oktober 2009
Kepemimpinan
KEPEMIMPINAN
(Leadership)
“Burung tak pernah tahu bahwa ia dilahirkan untuk terbang,
ketika ia menyadari fitrahnya, maka ia takkan pernah berhenti untuk menjelajah dunia”
Manusia tak pernah tahu bahwa ia dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin, etika ia menyadari fitrahnya, maka ia tak boleh lari menghindarinya”
Pembaca yang terhormat, tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita ketika mendengar kata “Kepemimpinan”, atau bahkan bosan mendengarnya. Perasaan itu wajar terjadi, karena sejak kita usia dini sudah terbiasa mendengar kata-kata itu. Pengetahuan tentang kepemimpinan seharusnya tidak hanya disampaikan pada saat kegiatan orientasi atau pelatihan saja, melainkan setiap saat, kapanpun dan dimanapun kita berada. Karena sesungguhnya kepemimpinan itu akan selalu melekat dan tidak akan pernah lepas dari semua proses kehidupan manusia. Dalam lingkup keorganisasian, pengetahuan kepemimpinan itu tidak hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang ingin menjadi Ketua, akan tetapi semua pelaku organisasi termasuk anggota.
Sebagi insan yang meyakini bahwa kebenaran agama itu mutlak, maka sudah seharusnya kita melandasi setiap perbincangan kita dengan dasar teologi atau dasar agama. Pastinya teman-teman tahu bahkan hadits yang mengatakan “Kullu kum ro’in, wa kullu ro’in mas’ulun an ro’iyyatihi” (kamu semua adalah pemimpin, dan setiap pemimpin pasti akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya itu). Sudah jelaskan kalo kita semua ini adalah pemimpin? Makanya kita semua punya kewajiban untuk mempertanggungjawabkan semua yang kita lakukan selama hidup sebagai pemimpin, baik sebagai pemimpin ummat, negara, kelompok, bahkan sebagai pemimpin bagi diri kita masing-masing.
Nah sekarang kita mulai bedah kepemimpinan itu....
Kepemimpinan berasal dari kata “Pemimpin” yang berarti subyek, dan kemudian mendapatkan imbuhan ke-an menjadi “Ke-pemimpin-an” yang berarti proses.
• Pemimpin (leader) adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi serta menggerakkan orang-orang yang ada di sekelilingnya untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan bersama.
• Kepemimpinan (leadership) adalah sebuah proses mempengaruhi atau menggerakkan sekelompok orang atau beberapa orang untuk bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan yang dicita-citakan bersama.
Ada beberapa tipe pemimpin dan kepemimpinan berdasarkan klasifikasi (pengelompokan) tertentu. Berikut ini adalah sebagian kecil dari tipe-tipe pemimpin dan kepemimpinan yang ada.
Berdasarkan munculnya sosok pemimpin
• Pemimpin Struktral, muncul dan ada karena dipilih dalam sebuah forum musyawarah karena kecakapannya, kepandaiannya, dan kemampuannya untuk menjadi seorang pemimpin sesuai dengan kriteria yang sudah disepakati bersama.
• Pemimpin Kultural, muncul dan ada secara tiba-tiba disaat kelompok tertentu membutuhkan seorang pemimpin tanpa proses pemilihan. Biasanya model pemimpin ini terjadi pada masyarakat tradisional dimana bakat, kharisma, dan genetika (keturunan) masih diyakini memiliki kekuatan besar dalam kepemimpinan.
Berdasarkan metode (cara) kepemimpinan, beberapa diantaranya adalah :
• Kepemimpinan Otokratis (otoriter). Pola kepemimpinan ini cenderung memiliki kewenangan dan kebijakan sepihak tanpa memperhatikan keinginan anggotanya.
• Kepemimpinan Militeristik. Aktifitas kepemimpinan bersifat instruktif (perintah), suka dengan upacara-upacara formal, mengedepankan pangkat atau jabatan tertentu. Tipe ini diterapkan pada satuan militer.
• Kepemimpinan Paternalistik (kebapakan). Pola kepemimpinan ini seorang cenderung melakukan semua kepentingan organisasi, karena menganggap bawahannya tidak mampu untuk melakukan. Tipe ini cocok untuk masyarakat yang sama sekali belum mengenal organisasi.
• Kepemimpian Laisses Faire (bebas). Dalam tipe kepemimpina ini, anggota kelompok atau organisasi lebih mendominasi, bebas berekspresi tanpa kendali, sedangkan pemimpin lebih lemah.
• Kepemimpinan Demokratis. Pemimpin cenderung memperhatikan usulan dan masukkan dari anggotanya. Anggota bebas beraspirasi akan tetapi diimbangi dengan control dan kebijakan logis dari pemimpin.
Pemimpin sebagai tokoh utama dalam kepemimpinan, secara ideal harus memenuhi beberapa sifat yang senantiasa melekat pada dirinya. Beberapa sifat itu antara lain:
• Bertanggung jawab. Pemimpin adalah orang yang dipercaya oleh kelompoknya untuk dapat memberikan dorongan, menggerakkan, dan mengajak bersama-sama anggota dalam mencapai cita-cita bersama. Oleh karena itu seorang pemimpin tidak boleh lari dari tanggung jawab yang seharusnya ia laksanakan.
• Cakap dalam memimpin. Artinya, pemimpin yang idealnya memiliki kepandaian dan kecerdasan yang tinggi. Cerdas bukan berarti pintar secara akademis, akan tetapi cerdas dalam menentukan sikap, menentukan kebijakan, dan mencari solusi terbaik ketika menghadapi masalah baik probadi maupun organisasi.
• Percaya diri. Hal penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah rasa percaya diri yang tinggi. Percaya diri merupakan bagian dari keberanian untuk melakukan perubahan, perbaikan, dan peningkatan.
• Pantang menyerah. Kegagalan adalah konsekuensi logis dalam setiap proses kehidupan. Oleh karena itu, sifat yang harus ditanamkan dalam pribadi seorang pemimpin adalah pantang menyerah menghadapi kegagalan.
Kepemimpinan Rasulullah
Sosok Muhammad adalah satu-satunya pemimpin yang sempurna. Tidak ada satupun kepemimpinan yang sesempurna beliau, peran Rasulullah Muhammad saw dalam memimpin ummat, melakukan perubahan, mengangkat derajat manusia yang tertindas, serta mewujudkan baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur tidak hanya diakui oleh orang islam. Para ilmuwan dan pemikir dari negeri barat yang notabene orang-orang yang tidak meyakini kerasulan Muhammad (non-muslim) juga mengakui kearifan beliau sebagai pemimpin ummat yang sukses membawa kemakmuran dan peradaban bangsa.
Pola Kepemimpinan yang dilakukan oleh Rasulullah sebagai pemimpin ummat, bukanlah melalui konsep-konsep dan metode yang digambarkan dalam suatu kekuasaan otoriter, bukan pula kebebasan tanpa batas bagi ummatnya. Akan tetapi nilai-nilai kebersamaan dan persamaan derajat yang beliau tampilkan melalui keteladanan. Surat Al-Ahzab ayat 21 memberikan petunjuk jelas bagi kita akan keteladanan Rasulullah Muhammad saw dalam semua sisi kehidupan, termasuk kepemimpinan beliau.
“Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu suri Tauladan yang baik bagimu”
Keteladanan Rasulullah dalam memimpin ummat tercermin dalam tiga kepribadian yang sangat menentukan keberhasilan sebuah proses kepememimpinan, yaitu:
• Pendidik. Nilai-nilai islam yang dibawa oleh Rasulullah menjadi landasan utama dalam beliau memimpin. Langkah dan sikap beliau dalam berhubungan dengan ummat selalu menampakkan nilai pendidikan yang dapat diterima semua golongan, dengan mengedapankan prinsip keadilan yang obyektif.
• Penasehat. Dalam wilayah kehidupan manusia yang begitu kompleks, tentu tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan yang mengharuskan beliau terjun langsung untuk menyelesaikannya. Hal ini karena itba’ para sahabat kepada Rasulullah begitu besar, sehingga mereka percaya Rasulullah orang yang tepat memberikan nasehat & bimbingan ketika ada permasalahan.
• Pengayom. Sebagai pemimpin ummat yang professional, Rasulullah selalu mengedepankan kepentingan ummat dibandingkan dengan kepentingan pribadi beliau. Prinsip yang beliau terapkan adalah berlandaskan pada Maqosidus Syari’ah (tujuan disyari’atkannya islam) yaitu untuk menciptakan kemaslahatan dalam masyarakat.
Teman-teman yang berbahagia, sekarang sudah ada gambaran kan tentang kepemimpinan itu..?? dan pastinya juga sudah mengerti bagaimana seharusnya kita bersikap sebagai pemimpin, baik dalam suatu kelompok atau ketika sendiri.
Sumber : dikutip dari tulisan oleh Abdul Mubarok, S.HI (Leadership)
(Leadership)
“Burung tak pernah tahu bahwa ia dilahirkan untuk terbang,
ketika ia menyadari fitrahnya, maka ia takkan pernah berhenti untuk menjelajah dunia”
Manusia tak pernah tahu bahwa ia dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin, etika ia menyadari fitrahnya, maka ia tak boleh lari menghindarinya”
Pembaca yang terhormat, tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita ketika mendengar kata “Kepemimpinan”, atau bahkan bosan mendengarnya. Perasaan itu wajar terjadi, karena sejak kita usia dini sudah terbiasa mendengar kata-kata itu. Pengetahuan tentang kepemimpinan seharusnya tidak hanya disampaikan pada saat kegiatan orientasi atau pelatihan saja, melainkan setiap saat, kapanpun dan dimanapun kita berada. Karena sesungguhnya kepemimpinan itu akan selalu melekat dan tidak akan pernah lepas dari semua proses kehidupan manusia. Dalam lingkup keorganisasian, pengetahuan kepemimpinan itu tidak hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang ingin menjadi Ketua, akan tetapi semua pelaku organisasi termasuk anggota.
Sebagi insan yang meyakini bahwa kebenaran agama itu mutlak, maka sudah seharusnya kita melandasi setiap perbincangan kita dengan dasar teologi atau dasar agama. Pastinya teman-teman tahu bahkan hadits yang mengatakan “Kullu kum ro’in, wa kullu ro’in mas’ulun an ro’iyyatihi” (kamu semua adalah pemimpin, dan setiap pemimpin pasti akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya itu). Sudah jelaskan kalo kita semua ini adalah pemimpin? Makanya kita semua punya kewajiban untuk mempertanggungjawabkan semua yang kita lakukan selama hidup sebagai pemimpin, baik sebagai pemimpin ummat, negara, kelompok, bahkan sebagai pemimpin bagi diri kita masing-masing.
Nah sekarang kita mulai bedah kepemimpinan itu....
Kepemimpinan berasal dari kata “Pemimpin” yang berarti subyek, dan kemudian mendapatkan imbuhan ke-an menjadi “Ke-pemimpin-an” yang berarti proses.
• Pemimpin (leader) adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi serta menggerakkan orang-orang yang ada di sekelilingnya untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan bersama.
• Kepemimpinan (leadership) adalah sebuah proses mempengaruhi atau menggerakkan sekelompok orang atau beberapa orang untuk bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan yang dicita-citakan bersama.
Ada beberapa tipe pemimpin dan kepemimpinan berdasarkan klasifikasi (pengelompokan) tertentu. Berikut ini adalah sebagian kecil dari tipe-tipe pemimpin dan kepemimpinan yang ada.
Berdasarkan munculnya sosok pemimpin
• Pemimpin Struktral, muncul dan ada karena dipilih dalam sebuah forum musyawarah karena kecakapannya, kepandaiannya, dan kemampuannya untuk menjadi seorang pemimpin sesuai dengan kriteria yang sudah disepakati bersama.
• Pemimpin Kultural, muncul dan ada secara tiba-tiba disaat kelompok tertentu membutuhkan seorang pemimpin tanpa proses pemilihan. Biasanya model pemimpin ini terjadi pada masyarakat tradisional dimana bakat, kharisma, dan genetika (keturunan) masih diyakini memiliki kekuatan besar dalam kepemimpinan.
Berdasarkan metode (cara) kepemimpinan, beberapa diantaranya adalah :
• Kepemimpinan Otokratis (otoriter). Pola kepemimpinan ini cenderung memiliki kewenangan dan kebijakan sepihak tanpa memperhatikan keinginan anggotanya.
• Kepemimpinan Militeristik. Aktifitas kepemimpinan bersifat instruktif (perintah), suka dengan upacara-upacara formal, mengedepankan pangkat atau jabatan tertentu. Tipe ini diterapkan pada satuan militer.
• Kepemimpinan Paternalistik (kebapakan). Pola kepemimpinan ini seorang cenderung melakukan semua kepentingan organisasi, karena menganggap bawahannya tidak mampu untuk melakukan. Tipe ini cocok untuk masyarakat yang sama sekali belum mengenal organisasi.
• Kepemimpian Laisses Faire (bebas). Dalam tipe kepemimpina ini, anggota kelompok atau organisasi lebih mendominasi, bebas berekspresi tanpa kendali, sedangkan pemimpin lebih lemah.
• Kepemimpinan Demokratis. Pemimpin cenderung memperhatikan usulan dan masukkan dari anggotanya. Anggota bebas beraspirasi akan tetapi diimbangi dengan control dan kebijakan logis dari pemimpin.
Pemimpin sebagai tokoh utama dalam kepemimpinan, secara ideal harus memenuhi beberapa sifat yang senantiasa melekat pada dirinya. Beberapa sifat itu antara lain:
• Bertanggung jawab. Pemimpin adalah orang yang dipercaya oleh kelompoknya untuk dapat memberikan dorongan, menggerakkan, dan mengajak bersama-sama anggota dalam mencapai cita-cita bersama. Oleh karena itu seorang pemimpin tidak boleh lari dari tanggung jawab yang seharusnya ia laksanakan.
• Cakap dalam memimpin. Artinya, pemimpin yang idealnya memiliki kepandaian dan kecerdasan yang tinggi. Cerdas bukan berarti pintar secara akademis, akan tetapi cerdas dalam menentukan sikap, menentukan kebijakan, dan mencari solusi terbaik ketika menghadapi masalah baik probadi maupun organisasi.
• Percaya diri. Hal penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah rasa percaya diri yang tinggi. Percaya diri merupakan bagian dari keberanian untuk melakukan perubahan, perbaikan, dan peningkatan.
• Pantang menyerah. Kegagalan adalah konsekuensi logis dalam setiap proses kehidupan. Oleh karena itu, sifat yang harus ditanamkan dalam pribadi seorang pemimpin adalah pantang menyerah menghadapi kegagalan.
“Jabatan pemimpin bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan. Bukan pula sesuatu yang harus ditakuti walaupun itu memang berat. Jabatan pemimpin adalah tanggung jawab yang harus diemban dan dilaksanakan denganpenuh kearifan”
Kepemimpinan Rasulullah
Sosok Muhammad adalah satu-satunya pemimpin yang sempurna. Tidak ada satupun kepemimpinan yang sesempurna beliau, peran Rasulullah Muhammad saw dalam memimpin ummat, melakukan perubahan, mengangkat derajat manusia yang tertindas, serta mewujudkan baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur tidak hanya diakui oleh orang islam. Para ilmuwan dan pemikir dari negeri barat yang notabene orang-orang yang tidak meyakini kerasulan Muhammad (non-muslim) juga mengakui kearifan beliau sebagai pemimpin ummat yang sukses membawa kemakmuran dan peradaban bangsa.
Pola Kepemimpinan yang dilakukan oleh Rasulullah sebagai pemimpin ummat, bukanlah melalui konsep-konsep dan metode yang digambarkan dalam suatu kekuasaan otoriter, bukan pula kebebasan tanpa batas bagi ummatnya. Akan tetapi nilai-nilai kebersamaan dan persamaan derajat yang beliau tampilkan melalui keteladanan. Surat Al-Ahzab ayat 21 memberikan petunjuk jelas bagi kita akan keteladanan Rasulullah Muhammad saw dalam semua sisi kehidupan, termasuk kepemimpinan beliau.
“Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu suri Tauladan yang baik bagimu”
Keteladanan Rasulullah dalam memimpin ummat tercermin dalam tiga kepribadian yang sangat menentukan keberhasilan sebuah proses kepememimpinan, yaitu:
• Pendidik. Nilai-nilai islam yang dibawa oleh Rasulullah menjadi landasan utama dalam beliau memimpin. Langkah dan sikap beliau dalam berhubungan dengan ummat selalu menampakkan nilai pendidikan yang dapat diterima semua golongan, dengan mengedapankan prinsip keadilan yang obyektif.
• Penasehat. Dalam wilayah kehidupan manusia yang begitu kompleks, tentu tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan yang mengharuskan beliau terjun langsung untuk menyelesaikannya. Hal ini karena itba’ para sahabat kepada Rasulullah begitu besar, sehingga mereka percaya Rasulullah orang yang tepat memberikan nasehat & bimbingan ketika ada permasalahan.
• Pengayom. Sebagai pemimpin ummat yang professional, Rasulullah selalu mengedepankan kepentingan ummat dibandingkan dengan kepentingan pribadi beliau. Prinsip yang beliau terapkan adalah berlandaskan pada Maqosidus Syari’ah (tujuan disyari’atkannya islam) yaitu untuk menciptakan kemaslahatan dalam masyarakat.
Teman-teman yang berbahagia, sekarang sudah ada gambaran kan tentang kepemimpinan itu..?? dan pastinya juga sudah mengerti bagaimana seharusnya kita bersikap sebagai pemimpin, baik dalam suatu kelompok atau ketika sendiri.
Sumber : dikutip dari tulisan oleh Abdul Mubarok, S.HI (Leadership)
Jumat, 09 Oktober 2009
Batik
Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa "amba" yang berarti menulis dan "nitik". Kata batik sendiri meruju pada teknik pembuatan corak - menggunakan canting atau cap -a dan pencelupan kain dengan menggunakan bahan perintang warna corak "malam" (wax) yang diaplikasikan di atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna. Dalam bahasa Inggris teknik ini dikenal dengan istilah wax-resist dyeing. Jadi kain batik adalah kain yang memiliki ragam hias atau corak yang dibuat dengan canting dan cap dengan menggunakan malam sebagai bahan perintang warna. Teknik ini hanya bisa diterapkan di atas bahan yang terbuat dari serat alami seperti katun, sutra, wol dan tidak bisa diterapkan di atas kain dengan serat buatan (polyester). Kain yang pembuatan corak dan pewarnaannya tidak menggunakan teknik ini dikenal dengan kain bercorak batik - biasanya dibuat dalam skala industri dengan teknik cetak (print) - bukan kain batik.
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Teknik membatik telah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan Iran. Selain di Asia, batik juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.
Cara Pembuatan
Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan
Jenis batik
* Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
* Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
Sumber : dikutip dari wikipedia indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)