Jumat, 04 November 2011

Aplikasi Teknologi Menggunakan Wireless

Mobile Tracking

Saat ini dunia telekomunikasi dan informasi telah berkembang pesat dan menjadi kebutuhan setiap orang. Perkembangan pesat dan menjadi kebutuhan setiap orang. Perkambangan teknologi Global Positioning System (GPS), perangkat telepon seluler, sistem informasi geografis, dan teknologi telekomunikasi nirkabel (wireless) telah menimbulkan suatu gagasan untuk mewujudkan suatu sistem elektronis yang dapat menentukan jejak atau perlintasan suatu obyek (dalam hal ini, mobil atau kendaraan lainnya) dan mengirim atau menginformasikannya kepada pihak yang berkepentingan (dalam hal ini, pemilik mobil atau pihak yang berkepentingan mengawasi mobil tersebut).

Global Positioning System (GPS) adalah suatu sistem radio navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit (NAVSTAR-GPS, Navigation Satelite Timing an Ranging GPS). GPS digunakan untuk memperoleh informasi posisi, kecepatan (velocity), dan waktu. Sistem elektronis tersebut membutuhkan suatu teknologi komunikasi bergerak yang dapat melewatkan data/informasi dari GPS. Teknologi GSM merupakan salah satu teknologi yang banyak digunakan karena mempunyai fasilitas SMS dan juga banyak diterapkan pada teknologi mobile station.

Langkah selanjutnya adalah mengintegrasikan GPS dan GSM dengan membangun antarmuka antara GPS dan GSM dengan menggunakan mikrokontroler digital keluarga AVR tipe Atmega8535.

Langkah terakhir adalah membuat anatarmuka sistem elektronis tersebut dengan pengguna. Direncanakan akan dibuat antarmuka peta digitak pada sisi pengguna. Dengan perkembangan teknologi seluler saat ini dan perkembangan platform Java, khususnya J2ME, untuk aplikasi mobile seperti ponsel, dimungkinkan untuk pengembangan layanan tersebut dalam bentuk grafis yang familier.

Dengan ide dasar tersebut, maka diusulkan prototipe sistem elektronis bernama Sistem Tracking dan Navigasi Kendaraan Berbasis SMS dan GPS.

Sistem elektronis ini terdiri atas Hp user, Hp sistem, sensor, GPS, indokator, dan sistem kendali seluruh sistem elektronisi ini.

Beberapa fungsi dari sistem elektronis tersebut adalah :

  1. Sebagai pelacak lokasi kendaraan yang telah dipasang. Misalnya sebagai menajemen aset dan armada yang memungkinkan pelacakan lokasi dan status kendaraan tertentu. Beberapa contoh, misalnya perusahaan jasa pengiriman paket ingin mengetahui lokasi paketnya, armada perusahaan minyak ingin mengetahui lokasi keberadaan truk minyaknya agar tidak terjadi kasus penggelapan, orang tua ingin mengetahui status keberadaan anaknya, lokasi armada angkutan umum, seperti taksi, bus untuk emngoptimalkan pelayanan.
  2. Sebagai sistem pemadu navigasi kendaraan. Contoh pemakaiannya dapat berupa pemanduan rute secara dinamis, yang memadu pengendara agar tidak tersesat di daerah yang baru. Sistem ini cocok digunakan pada persewaan kendaraan yang dapat dimanfaatkan bagi turis lokal maupun mancanegara sebagai pemandu menuju objek pariwisata.
  3. Aplikasi peta digital dapat digunakan untuk menentukan rute tercepat dalam mancapai posisi tujuan. Sistem ini dapat digunakan untuk menginformasikan kondisi jalan untuk melacak rute tercepat atau terdekat untuk mencapai tujuan. Banyak faktor mempengaruhi kondisi jalan, seperti penutupan jalan, kecelakaan, penutupan gang, konstruksi jalan, kemacetan, keramaian kota (pesta), peresmian gedung, dan sebagainya.
  4. Sebagai detektor pencurian kendaraan melalui SMS, sehingga pemilik kendaraan dapat mengetahui lokasi kendaraanya di manapun keberadaannya. Pada pencurian yang lebih serius (kritis), sinyal bahaya dapat diinformasikan melalui pangilan (missed call).
  5. Fungsi lainnya dapat digunakan sebagai alat kendali kendaraan dari jarak jauh, misalnya untuk menghidupkan atau mematikan mesin kendaraan dari jarak jauh.

Beberapa keuntungan yang diperoleh dari sistem mobile tracking ini adalah :

  1. Tampilan lebih familier karena data mentah dari GPS telah diolah menggunakan platform Java J2ME (Java 2 Micro Edition). Di dalam handphone user nantinya akan menampilkan menu khusus untuk mengakses sistem elektronis ini dengan cepat.
  2. Akurasi yang tinggi untuk informasi posisi maupun kecepatan yang diperoleh dari GPS. Tingkat akurasi informasi yang diperoleh dari GPS ini tergolong tinggi dengan keakuratan 3-10 meter, bergantung pada GPS receiver dan kekuatan sinyal.
  3. Pengaksesannya cukup sederhana karena user cukup memberikan perintah kepada sistem melalui SMS.
  4. Bentuk dan ukuran alat yang kecil. Sistem ini akan didesain dengan menggunakan komponen yang seminimal mungkin, sehingga menghasilkan bentuk dan ukuran kecil, yang dapat dipasang pada tempat yang tersembunyi dengan praktis.
  5. Catu daya yang rendah dan tidak boros dengan mengambilnya dari accu kendaraan. Sebagian besar komponen sistem ini menggunakan IC digital TTL yang berdaya rendah. Selain itu untuk sistem elektronis, catu daya akan didesain untuk memberikan catu langsung pada handphone dan GPS, sehingga pada saat dioperasikan, kasus kehabisan baterai tidak perlu dikhawatirkan lagi.
  6. Biaya produksi yang tidak besar dan memungkinkan untuk diproduksi secara massal.

Keterbatasan pada sistem mobile tracking ini adalah :

  1. Sinyal SMS bergantung pada ketersediaan jaringan provider ponsel, sehingga untuk penggunaan pada dearah yang tidak terdapat jaringan telepon seluler (blank spot), alat tidak dapat berfungsi dengan sempurna.
  2. GPS receiver bergantung pada kemampuannya untuk menangkap sinyal dari (minimal) tiga satelit GPS, dan keterbatasan GPS yang tidak dapat digunakan di dalam ruangan, sehingga pemakaian pada kendaraan posisi receiver GPS diletakkan di luar atau memerlukan tambahan antena luar
  3. Terdapat delay waktu pada SMS.


 

Refrensi :

Makodian, Nuraksa dan Wardhana, Lingga. 2010. Teknologi Wireless Communication dan Wireless Broadband. Yogyakarta : Penerbit C.V Andi Offset

Kamis, 03 November 2011

Layanan Telematika

Berdasarkan Instruksi Pesiden Republik Indonesia (Inpres) nomor 6 tahun 2001. Pesatnya kemajuan teknologi telekomunikasi, media, dan informatika atau disingkat sebagai teknologi telematika serta meluasnya perkembangan infrastruktur informasi global telah merubah pola dan cara kegiatan bisnis dilaksanakan di industri, perdagangan, dan pemerintah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat informasi telah menjadi paradigma global yang dominan. Kemampuan untuk terlibat secara efektif dalam revolusi jaringan informasi akan menentukan masa depan kesejahteraan bangsa.

Berbagai keadaan menunjukkan bahwa Indonesia belum mampu mendayagunakan potensi teknologi telematika secara baik, dan oleh karena itu Indonesia terancam "digital divide" yang semakin tertinggal terhadap negara-negara maju. Kesenjangan prasarana dan sarana telematika antara kota dan pedesaaan, juga memperlebar rurang perbedaan sehingga terjadi pula "digital divide" di dalam negara kita sendiri. Indonesia perlu melakukan terobosan agar dapat secara efektif mempercepat pendayagunaan teknologi telematika yang potensinya sangat besar itu,untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mempererat persatuan bangsa sebagai landasan yang kokoh bagi pembangunan secara berkelanjutan.

Pemerintah perlu secara proaktif dan dengan komitmen yang tinggi membangun kesadaran politik dan menumbuhkan komitmen nasional, membentuk lingkungan bisnis yang kompetitif, serta meningkatkan kesiapan masyarakat untuk mempercepat pengembangan dan pendayagunaan teknologi telematika secara sistematik.

Indonesia perlu menyambut komitmen dan inisiatif berbagai lembaga internasional, kelompok negara atau negara-negara lain secara sendiri-sendiri dalam meningkatkankerja sama yang lebih erat dalam penyediaan sumber daya pembiayaan, dukungan teknis, dan sumber daya lain untuk membantu Indonesia sebagai negara berkembang mengatasi "digital divide". Dengan kenyataan tersebut, pemerintah dengan ini menyatakan komitmen untuk melaksanakan kebijakan serta melakukan langkah-langkahdalam bentuk program aksi yang dapat secara nyata mengatasi "digital divide", dengan arah pengembangan sebagai yang dimaksud dalam isi kerangka kebijakan ini.


 

1. Layanan Telematika dibidang Informasi

Penggunaan teknologi telematika dan aliran informasi harus selalu ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk pemberantasan kemiksinan dan kesenjangan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Selain itu, teknologi telematika juga harus diarahkan untuk menjembatani kesenjangan politik dan budaya serta meningkatkan keharmonisan di kalangan masyarakat Wartel dan Warnet memainkan peranan penting dalam masyarakat. Warung Telekomunikasi dan Warung Internet ini secara berkelanjutan memperluas jangkauan pelayanan telepon dan internet, baik di daerah kota maupun desa, bagi pelanggan yang tidak memiliki akses sendiri di tempat tinggal atau di tempat kerjanya. Oleh karena itu langkah-langkah lebih lanjut untuk mendorong pertumbuhan jangkauan dan kandungan informasi pelayanan publik, memperluas pelayanan kesehatan dan pendidikan, mengembangkan sentra-sentra pelayanan masyarakat perkotaan dan pedesaan, serta menyediakan layanan "e-commerce" bagi usaha kecil dan menengah, sangat diperlukan. .

2. Layanan Telematika di bidang Keamanan

Layanan telematika juga dimanfaatkan pada sector-sektor keamanan seperti yang sudah dijalankan oleh Polda Jatim yang memanfaatkan TI dalam rangka meningkatkan pelayanan keamanan terhadap masyarakat. Kira-kira sejak 2007 lalu, membuka layanan pengaduan atau laporan dari masyarakat melalui SMS dengan kode akses 1120. Selain itu juga telah dilaksanakan sistem online untuk pelayanan di bidang Lalu Lintas. Polda Jatim memiliki website di http://www.jatim.polri.go.id, untuk bisa melayani masyarakat melalui internet. Hingga kini masih terus dikembangkan agar dapat secara maksimal melayani masyarakat. Bahkan Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Polda Jatim sudah banyak memanfaatkan fasilitas website ini dan sangat bermanfaat dalam menangani kasus-kasus yang sedang terjadi dan lebih mudah dalam memantau setiap perkembangan kasus atau laporan, baik laporan dari masyarakat maupun laporan internal untuk Polda Jatim sendiri. Bukan hanya penanganan kasus kejahatan semata, tapi juga termasuk laporan terkait lalu lintas, intelijen, tindak pidana ringan (tipiring) di masyarakat, pengamanan untuk pemilu, termasuk laporan bencana alam. Masyarakat juga bisa menyampaikan uneg-uneg atau opini mengenai perilaku dan layanan dari aparat kepolisian melalui email atau website . Semoga saja daerah-daerah lainnya yang tersebar diseluruh Indonesia dapat memanfaatkan teknologi telematika seperti halnya Polda Jatim agar terciptanya negara Indonesia yang aman serta disiplin.
Indonesia perlu menciptakan suatu lingkungan legislasi dan peraturan perundang-undangan.Upaya ini mencakup perumusan produk-produk hukum baru di bidang telematika (cyber law) yang mengatur keabsahan dokumen elektronik, tanda tangan digital, pembayaran secara elektronik, otoritas sertifikasi, kerahasiaan, dan keamanan pemakai layanan pemakai layanan jaringan informasi. Di samping itu, diperlukan pula penyesuaian berbagai peraturan perundang-undangan yang telah ada, seperti mengatur HKI, perpajakan dan bea cukai, persaingan usaha, perlindungan konsumen, tindakan pidana, dan penyelesaian sengketa. Pembaruan perauran perundang-udangan tersebut dibutuhkan untuk memberikan arah yang jelas, transparan, objektif, tidak diskriminatif, proporsional, fleksibel, serta selaras dengan dunia internasional dan tidak bias pada teknologi tertentu. Pembaruan itu juga diperlukan untuk membentuk ketahanan dalam menghadapi berbagai bentuk ancaman dan kejahatan baru yang timbul sejalan dengan perkembangan telematika.


 

3. Layanan Context Aware dan Event-Based

Di dalam ilmu komputer menyatakan bahwa perangkat komputer memiliki kepekaan dan dapat bereaksi terhadap lingkungan sekitarnya berdasarkan informasi dan aturan-aturan tertentu yang tersimpan di dalam perangkat. Gagasan inilah yang diperkenalkan oleh Schilit pada tahun 1994 dengan istilah context-awareness. Context-awareness adalah kemampuan layanan network untuk mengetahui berbagai konteks, yaitu kumpulan parameter yang relevan dari pengguna (user) dan penggunaan network itu, serta memberikan layanan yang sesuai dengan parameter-parameter itu. Beberapa konteks yang dapat digunakan antara lain lokasi user, data dasar user, berbagai preferensi user, jenis dan kemampuan terminal yang digunakan user.

Sebagai contoh : ketika seorang user sedang mengadakan rapat, maka context-aware mobile phone yang dimiliki user akan langsung menyimpulkan bahwa user sedang mengadakan rapat dan akan menolak seluruh panggilan telepon yang tidak penting. Dan untuk saat ini, konteks location awareness dan activity recognition yang merupakan bagian dari context-awareness menjadi pembahasan utama di bidang penelitian ilmu komputer.

Tiga hal yang menjadi perhatian sistem context-aware menurut Albrecht Schmidt, yaitu:
1) The acquisition of context

Hal ini berkaitan dengan pemilihan konteks dan bagaimana cara memperoleh konteks yang diinginkan.

Sebagai contoh : pemilihan konteks lokasi, dengan penggunaan suatu sensor lokasi tertentu (misalnya: GPS) untuk melihat situasi atau posisi suatu lokasi tersebut.
2) The abstraction and understanding of context

Pemahaman terhadap bagaimana cara konteks yang dipilih berhubungan dengan kondisi nyata, bagaimana informasi yang dimiliki suatu konteks dapat membantu meningkatkan kinerja aplikasi, dan bagaimana tanggapan sistem dan cara kerja terhadap inputan dalam suatu konteks.

3) Application behaviour based on the recognized context

Terakhir, dua hal yang paling penting adalah bagaimana pengguna dapat memahami sistem dan tingkah lakunya yang sesuai dengan konteks yang dimilikinya serta bagaimana caranya memberikan kontrol penuh kepada pengguna terhadap sistem.


 

Referensi :

- http://resty-pumpfh.blogspot.com/2009/12/layanan-telematika.html

- http://helenamayawardhani.wordpress.com/2009/07/17/context-awareness/