Selasa, 29 Maret 2011

PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.
Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder).
Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan sebagainya.
Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.
Adapun teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah wawancara, observasi, dan kuesioner.
1. Wawancara
1.1 Pengertian Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data.
Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif) . Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. 
1) Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara. 
2) Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden.
 1.2 Kelebihan Teknik Wawancara
1) Wawancara memberikan kesempatan kepada pewawancara untuk memotivasi orang yang diwawancarai untuk menjawab dengan bebasa dan terbuka terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. 
2) Memungkinkan pewawancara untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang Sesuai dengan situasi yang berkembang.
3) Pewawancara dapat menilai kebenaran jawaban yang diberikan dari gerak-gerik dan raut wajah orang yang diwawancarai.
4) Pewawancara dapat menanyakan kegiatan-kegiatan khusus yang tidak selalu terjadi.
1.3 Kelemahan Wawancara
1) Proses wawancara membutuhkan waktu yang lama, sehingga secara relatif mahal dibandingkan dengan teknik yang lainnya.
2) Keberhasilan hasil wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara untuk melakukan hubungan antar manusia.
3) Wawancara tidak selalu tepat untuk kondisi-kondisi tenpat yang tertentu, misalnya di lokasi-lokasi yang ribut dan ramai.

2. Observasi
2.1 Pengertian Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar. Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera photo, dll.
1) Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data. Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.
2) Non participant Observation
Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.
Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data penelitian.
2.2 Kelebihan Observasi
1) Data yang dikumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai keandalan yang tinggi.
2) Penganalisis melalui observasi dapat melihat langsung apa yang sedang dikerjakan. Pekerjaan-pekerjaan yang rumit kadang-kadang sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Melalui observasi, penganalisis dapat mengidentifikasikan kegiatan-kegiatan yang tidak tepat yang telah digambarkan oleh teknik pengumpulan data yang lain.
3) Dengan observasi, penganalisis dapat menggambarkan lingkungan fisik dari kegiatan- kegiatan, misalnya tata letak fisik perlatan, penerangan, gangguan suara, dsb.
2.3 Kelemahan Observasi
1) Umumnya orang yang diamati merasa terganggu atau tidak nyaman, sehingga akan melakukan pekerjaanya dengan tidak semestinya.
2) Pekerjaan yang sedang diobservasi mungkin tidak dapat mewakili suatu tingkat kesulitas pekerjaan tertentu atau kegiatan-kegiatan khusus yang tidak selalu dilakukan.
3) Observasi dapat mengganggu pekerjaan yang sedang dilakukan.
4) Orang yang diamati cenderung melakukan pekerjaannya dengan lebih baik dari biasanya dan sering menutupi kejelekannya.

3. Kuesioner
3.1 Pengertian Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya. Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik.
a. Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :
1)             1) Isi dan tujuan pertanyaan
Jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
2)                  2) Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden
3)            3) Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau tertutup.
Jika terbuka artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.
Contoh :
Terbuka : Berapa Kali Anda Ke Kampus ?.....................
Tertutup : berapa kali anda ke kemapus ? (a). 1 – 2 (b). 3 – 5 dst
4)                  4)  Pertanyaan tidak mendua 
                  Artinya pertanyaan tidak mengandung dua arti yang akan menyulitkan responden.
Contoh : bagaimana pendapat anda tentang kondisi kelas dan kemampuan guru menjelaskan pelajaran di kelas ?
Jika pertanyan mendua seperti ini sebaiknya dipecah menjadi dua pertanyaan.
5)                   5) Tidak menggunakan pertanyaan yang menyebabkan respondenberpikir keras
Contoh :
Pertanyaan keadaan perusahaan 10 tahun lalu ?. Umumnya pertanyaan seperti ini akan menyebabkan responden berpikir keras untuk mengingat-ingat kondisi yang terjadi di masa lalu.
6)                   6)  Pertanyaan tidak menggiring responden. 
                  Contohnya :
Apakah anda setuju jika kesejahteraan karyawan ditingkatkan ?..jawabannya pasti.....Ya Iyaalaaah Atau pertanyan seperti "Perlukah diambil tindakan tegas pada aparat hukum yang melakukan korupsi ??"....he.he.he...
7)            7)  Pertanyaan tidak boleh tertalu panjang atau terlalu banyak.
 Kalau terlalu panjang atau tertalu banyak akan menyebabkan responden merasa jenuh untuk mengisinya.
  8)  Urutan pertanyaan dimulai dari yang umum sampai ke spesifik, atau dari yang mudah menuju ke yang sulit, atau di acak.
b. Prinsip Pengukuran memuat seperangkat ujicoba instrumen.
Artinya sebelum menyebarkan angket, perlu dilakukan beberapa percobaan sehingga selain diketahui validitas dan reliabilitasnya, juga akan diperoleh estimasi waktu pengerjaan, tingkat kesulitan dan berbagai hal lainnya.
c. Penampilan Fisik
Penampilan fisik merupakan salah satu daya tarik dan keseriusan responden dalam mengisi angket. Namun tentu saja, angket yang bagus, terkesan resmi tentunya memerlukan biaya yang lebih besar dibanding angket yang di cetak di atas kertas seadanya.
3.2 Kelebihan teknik kuesioner :
1)      Kuesioner baik untuk sumber data yang banyak dan tersebar.
2)      Responden tidak merasa terganggu, karena dapat mengisi kuesioner
3)      dengan memilih waktunya sendiri yang paling luang.
4)      Kuesioner secara relatip lebih efisien untuk sumber data yang banyak.
5)      Karena kuesioner biasanya tidak mencantumkan identitas responden,
6)      maka hasilnya dapat lebih objektif.
3.3 Kekurangan teknik kuesioner :
1)      Kuesioner tidak menggaransi responden untuk menjawab pertanyaan
2)      dengan sepenuh hati.
3)      Kuesioner cenderung tidak fleksibel, artinya pertanyaan yang harus
4)      dijawab terbatas yang dicantumkan di kuesioner saja, tidak dapat
5)      dikembangkan lagi sesuai dengan situasinya.
6)      Pengumpulan sampel tidak dapat dilakukan secara bersama-sama
7)      dengan daftar pertanyaan, lain halnya dengan obeservasi yang dapat
8)      sekaligus mengumpulkan sampel
9)      Kuesioner yang lengkap sulit untuk dibuat.

 Referensi :
[2] http://febriani.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/24921/Teknik+Pengumpulan+Data.pdf

Minggu, 27 Maret 2011

TAHAPAN DALAM MENULIS KARYA TULIS ILMIAH

1. Menentukan Topik
1.1 Pengertian Topik
Topik atau pokok pembicaraan berasal dari kata Yunani "topoi". Dalam suatu karangan, topik merupakan landasan yang dapat dipergunakan oleh seorang pengarang untuk menyampaikan maksudnya. Banyak hal yang dapat dipergunakan sebagai sumber penentuan topik sebuah karangan, misalnya: pengalaman, keluarga, karier, alam sekitar, masalah kemasyarakatan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, cita-cita, dan sebagainya. Dari bermacam-macam hal yang dijadikan topik tersebut, seorang pengarang
dapat menyusun karangan dalam bentuk:
1.1.1 Kisahan (Narasi): karangan yang berkenaan dengan rangkaian peristiwa.
1.1.2 Perian (Deskripsi): karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya.
1.1.3 Paparan (Eksposisi): karangan yang berusaha menerangkan atau menjelaskari pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca karangan itu.
1.1.4 Bahasan (Argumentasi): karangan yang berusaha memberikan alasan
untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan.
1.2 Syarat Topik yang Baik
1.2.1 Topik harus menarik perhatian penulis
Untuk dapat menghasilkan karangan yang baik dengan data yang lengkap, seorang penulis harus memilih topik yang menarik perhatiannya. Topik yang tidak disenangi a.kan menimbulkan keengganan penulis dalam menyelesaikan tulisan. Sehingga pencarian data dan informasi untuk melengkapi karangan akan dilakukan dengan terpaksa.
1.2.2 Topik harus diketahui oleh penulis
Seorang penulis sebelum memulai menulis seyogyanya sudah mempunyai pengetahuan tentang hal-hal atau prinsip-prinsip dasar dari topik yang dipilih. Berdasarkan prinsip-prinsip dasar tersebut, seorang penulis dapat mengembangkan tulisannya menjadi suatu tulisan menarik, dengan cara melengkapi tulisan tersebut melalui penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan.
1.2.3 Topik yang dipilih sebaiknya:
1.2.3.1 Tidak terlalu baru
Topik yang terlalu baru memang menarik untuk ditulis, akan tetapi seringkali penulis mengalami hambatan dalam memperoleh data kepustakaan yang akan dipakai sebagai landasan atau penunjang. Data kepustakaan yang diperoleh mungkin terbatas pada berita dalam surat kabar
atau majalah populer.
1.2.3.2 Tidak terlalu teknis
Karangan yang terlalu teknis kurang dapat menonjolkan segi ilmiah. Tulisan semacam ini biasanya bersifat sebagai petunjuk tentang bagaimana tata cara melakukan sesuatu, tanpa mengupas teori-teori yang ada.
1.2.3.3 Tidak terlalu kontroversial
Suatu tulisan yang mempunyai topik krontroversial menguraikan hal-hal di luar hal yang menjadi pendapat umum. Tulisan semacam ini sering menimbulkan permasalahan bagi penulisnya.

 
2. Membangun Bibliografi
2.1 Pengertian Bibliografi
Menurut Gorys Keraf (1997 :213) yang dimaksud dengan bibliografi atau daftar kepustakaan adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikel-artikel. dan bahan-bahan penerbitan lainnya. yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sehagian dan karangan yang tengah digarap. Bagi orang awam. bibliografi mungkin tidak penting artinya, tetapi bagi seorang sarjana seorang calon sarjana. atau scorang cendekiawan. daftar kepustakaan itu merupakan suatu hat yang sangat penting.
Melalui daftar kepustakaan yang disertakan pada akhir tulisan itu. para sarjana atau cendekiawan dapat melihat kembali kepada sumber aslinya. Mereka dapat menetapkan apakah sumber itu sesungguhnya mempunyai pertalian dengan isi pembahasan itu, dan apakah bahan itu dikutip dengan benar atau tidak. Dan sekaligus dengan cara itu pembaca dapat memperluas pula horison pengetahuannya dengan bermacam-macam referensi itu.
2.2 Penyusunan Bibliografi
Untuk menyusun sebuah daftar yang final perlu diperhatikan terlebih dahulu hal- hal berikut :
2.2.1 Nama pengarang diurutkan menurut alfabet, Nama yang dipakai dalam urutan itu adalah nama keluarga.
2.2.2 Bila tidak ada pengarang, maka judul buku atau artikel yang dimasukkan dalam urutan alfabet.
2.2.3 Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan referensi, maka untuk referensi yang kedua dan seterusnya, nama pengarang tidak perlu diikutsertakan, tetapi diganti dengan garis sepanjang 5 atau 7 ketukan.
2.2.4 Jarak antara baris dengan baris untuk satu referensi adalah satu spasi. Tetapi jarak antara pokok dengan pokok lain adalah dua spasi.
2.2.5 Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap pokok harus dimasukkan ke dalam sebanyak 3 atau 4 ketikan. (Gorys Keraf, 1997 : 222).

 
Referensi :

METODE ILMIAH

1. Pengertian Metode Ilmiah

1.1 Pengertian Metode

Metode berasal dari Bahasa Yunani "Methodos'' yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.

1.2 Pengertian Ilmiah

Sesuatu dikatakan ilmiah apabila positivis, yaitu ada pembuktian berdasarkan percobaan dan fakta kongkrit kekinian maupun pembuktian teori yang ketat. Hal yang ilmiah selalu tergantikan dengan hal yang baru berarti penemuan ilmiah selalu bersifat temporer dan akan hangus apabila ada pembuktian baru yang menafikannya.

1.3 Pengertian Metode Ilmiah

Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.


 

2. Kriteria Metode Ilmiah

Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:

2.1 Berdasarkan fakta.

Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau pembuktian didasar-kan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.

2.2 Bebas dari prasangka (bias)

Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang objektif.

2.3 Menggunakan prinsip-prinsip analisa.

Dalam memahami serta member! arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.

2.4 Menggunakan hipotesa

Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk mengonggokkan persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.

2.5 Menggunakah ukuran objektif.

Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang waras.

2.6 Menggunakan teknik kuantifikasi.

Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan, kecuali untuk artibut-artibut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagai¬nya Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating.


 

3. Karakteristik Metode Ilmiah

3.1 Kritis dan analitis:
mendorong suatu kepastian dan proses penelitian untuk mengidentifikasi masalah dan metode untuk mendapatkan solusinya.

3.2 Logis:
merujuk pada metode dari argumentasi ilmiah. Kesimpulan rasional diturunkan dari bukti yang ada.

3.3 Testabiity:
penelitian ilmiah harus dapat menguji hipotesis dengan pengujian statistik yang menggunakan data yang dikumpulkan.

3.4 Obyektif:
hasil yang diperoleh ilmuwan yang lain akan sama apabila

studi yang sama dilakukan pada kondisi yang sama. Hasil penelitian

dikatakan ilmiah apabila dapat dibuktikan kebenarannya.

3.5 Konseptual dan Teoretis: ilmu pengetahuan mengandung arti pengembangan suatu struktur konsep dan teoretis untuk menuntun dan mengarahkan upaya penelitian.

3.6 Empiris:
metode ini pada prinsipnya berstandar pada realitas.

3.7 Sistematis:
mengandung arti suatu prosedur yang cermat. Suatu penelitian dikatakan penelitian ilmiah yang baik jika memenuhi kriteria berikut :

3.7.1 Menyatakan tujuan secara jelas.

3.7.2 Rigor (kokoh): penelitian ilmiah menunjukkan proses penelitian yang dilakukan secara hati-hati (prudent) dengan keakurasian yang tinggi. Basis teori dan rancangan penelitian yang baik akan menambah kekokohan dari penelitian ilmiah.

3.7.3 Menggunakan landasan teoretis dan metode pengujian data yang relevan.

3.7.4 Mengembangkan hipotesis yang dapat diuji dari telaah teoretis atau berdasarkan pengungkapan data.

3.7.5 Mempunyai kemampuan untuk diuji ulang (replikasi).

3.7.6 Memilih data dengan presisi sehingga hasilnya dapat dipercaya. Tidak ada penelitian yang sempurna dan ketepatannya tergantung pada keyakinan peneliti yang dapat diterima umum. Kesalahan pengukuran data dapat menyebabkan ketepatan penelitian menurun. Desain penelitian harus dilakukan dengan baik sehingga hasil penelitian dapat dekat dengan kenyataannya (precision) dengan tingkat probabilitas

keyakinan (confidence) yang tinggi.

3.7.7 Menarik kesimpulan dilakukan secara obyektif. Hasil penelitian ilmiah akan memberikan hasil dan konklusi yang obyektif jika tidak dipengaruhi oleh faktor subyektif peneliti.

3.7.8 Melaporkan hasilnya secara parsimony (simpel), yaitu penelitian ilmiah mempunyai kemudahan di dalam menjelaskan hasil penelitiannya.

3.7.9 Temuan penelitian dapat digeneralisasi. Hasil penelitian ilmiah mampu untuk diuji ulang dengan hasil yang konsisten dengan waktu, obyek, dan situasi yang berbeda.


 

4. Tujuan Metode Ilmiah

4.1 Mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.

4.2 Merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis.

4.3 Untuk mencari ilmu pengetahuan yang dimulai dari penentuan masalah, pengumpulan data yang relevan, analisis data dan interpretasi temuan, diakhiri dengan penarikan kesimpulan.


 

Referensi :

[1]http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah

[2]http://usupress.usu.ac.id/files/Metode%20Penelitian%20Bisnis%20Edisi%202_Normal_bab%201.pdf

[3]http://ktiptk.blogspirit.com/archive/2009/01/26/pengertian-metode.html

[4]http://skripsi.dagdigdug.com/bab-iii-metode-penelitian/32-metode-penelitian/