Minggu, 01 November 2009

Akhlak Kepemimpinan

بسم الله الرَّحْمٰنِ الرَّحِيـمِ

PENDAHULUAN
Istilah akhlaq adalah bentuk jamak dari kata khuluq. Kata akhlaq tidak ditemukan di dalam al-Quran. Yang ada adalah kata khuluq, disebut dua kali. Dalam al-Syu’ara (26): 137 إِنْ هَـٰذَا إِلاَّ خُلُقُ ٱلأَوَّلِينَ , kata khuluq dipakai untuk arti adat, kebiasaan, perilaku yang dibikin-bikin. Konteks ayat ini adalah ketika Nabi Hud mengajak kaum ‘Ad untuk mengikutinya dan bertakwa, mereka menolak dengan mengatakan bahwa ajaran Nabi Hud adalah “Sesungguhnya ini tiada lain hanyalah adat orang-orang zaman dahulu saja.” Sedangkan di dalam al-Qalam (68): 4 وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ diartikan dengan “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) mempunyai akhlaq yang agung.”
Ketika ‘Aisyah ditanya tentang akhlaq Rasulullah, dia menjawab, “Akhlaqnya adalah al-Quran” Kemudian ‘Aisyah membaca Surat al-Mu’minun (23): 1-9 yang memuat akhlaq kepada Allah, sikap diri, berbuat demi kesucian (لِلزَّكَـاةِ فَاعِلُونَ ), dan akhlaq kepada sesama manusia. Mungkin karena kata khuluq dipakai untuk perilaku dan kebiasaan Nabi (Hud dan Muhammad), maka kata khuluq (akhlaq) kemudian menjadi berarti sebuah adat kebiasaan atau perilaku yang baik dan agung.

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلآخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيراً
Sesungguhnya kamu mempunyai dalam diri Rasulullah teladan yang baik bagi orang yang mendambakan (bertemu) dengan Allah dan Hari Akhir, dan yang ingat kepada Allah sebanyak-nanyaknya. (Al-Ahzab (33): 21).

أَتَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ ٱلْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُون َ
Apakah kamu menyuruh orang supaya berbuat baik, sedangkan kamu melalaikan diri kamu sendiri, padahal kamu membaca Kitab. Apakah kamu tidak memakai akalmu? (Al-Baqarah (2): 44)

يٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُواْ لِمَ تَقُولُونَ مَا لاَ تَفْعَلُونَ
كَبُرَ مَقْتاً عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُواْ مَا لاَ تَفْعَلُونَ
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفّاً كَأَنَّهُم بُنْيَانٌ مَّرْصُوصٌ
Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan (organisasi), seakan mereka itu bangunan yang kokoh (Al-Shaff (61): 2-4)

KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan dari seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya), sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kepemimpinan terbentuk karena ada seseorang atau beberapa orang dalam warga masyarakat yang melakukan peranan yang lebih aktif dari warga yang lain, sehingga orang (beberapa orang) tadi tampak lebih menonjol dari yang lain dan bisa mempengaruhinya.


PRINSIP-PRINSIP DALAM MEMIMPIN
1. KHARISMATIK, orang muncul sebagai pemimpin karena mempunyai kharisma (daya pikat karena
    pandai, menjadi contoh tauladan yang baik, baik hati, punya status tinggi, dan konsekwen kepada
    kebenaran). Kemampuan management saja tidak mensyaratkan adanya contoh tauladan dan baik hati
    dalam kehidupan sehari-hari.
2. DEMOKRATIS, dalam arti suka bermusyawarah dalam menentukan dan memutuskan suatu masalah.
3. PELOPOR, dalam memimpin, orang mempunyai visi dan misi yang kemudian dilaksanakan. Visi dan misi
    itu hendaknya memberi perubahan ke arah yang lebih baik dan menyenangkan.
4. TEKUN MEMBINA DAN MEMIMPIN. Berbeda dengan orang yang sekedar menjadi manager,
    seorang pemimpin harus tekun membina dan mengarahkan. Pemimpin terkadang perlu ikut terjun dan
    memberi contoh tauladan.


DALAM PRAKTEK
 ==> Ikhlasun Niyyah: Niat ikhlas ber-Organisasi untuk ibadah
 ==> Itqanul ‘Amal: Beramal secara professional untuk mencapai kesempurnaan hasil


KUALITAS PEMIMPIN
1. Kebaikan pribadinya menonjol, sifat-sifatnya terpuji. Baik Hati (Nice, Smiling Face, Helpful), selalu  
    menjadi contoh tauladan.
2. Berani merubah sesuatu yang salah menjadi benar dan berjuang untuk mempertahankannya.
3. Sedikit bicara, banyak bekerja. Tidak banyak wacana, yang penting bekerja dan beramal.
4. Mengedepankan kebersamaan (kolegial), namun tetap dengan tanggung jawab masing-masing pribadi.
    Semua diatur dalam tertib organisasi dengan disiplin yang tinggi. Seperti dalam shalat jamaah, maka shaf
    harus diatur secara tertib.
    

......Kualitas Pemimpin Organisasi......
......Bermanfaat Bagi Organisasi.....
.....Bukan Yang Tidak Bermanfaat Atau Bahkan Membebani Organisasi....


1. Wajib memiliki perilaku mulia sehingga menjadi teladan bagi sesama (Uswatun hasanah). Berusaha
    mempunyai sifat-sifat Nabi saw: Siddiq, Amanah, Tabligh, Fathanah. Dan juga sifat-sifat Nabi Musa as:
    Al-Qawiyy dan Al-Amin (ini juga sifat Nabi Muhammad).
2. Perbanyak perbuatan baik (amal salih). Dalam beramal hendaklah dengan niyat ikhlas, bukan riya’ (karena
    ingin dilihat orang). Hindari sifat-sifat sombong, boros, suka merusak, keji dan tidak patut.
3. Usahakan berperilaku mulia sehingga disukai dan diteladani, hindari perilaku tercela sehingga dibenci dan
   dijauhi sesama.
4. Jauhi tindak korupsi dan kolusi, dan praktik-praktik buruk lainnya yang merugikan orang banyak dan
    membawa kehancuran umat manusia


Sumber : dikutip dari tulisan M. Yusron Asrofie