Senin, 28 November 2011

Speech Synthesis


Speech Synthesis merupakan hasil kecerdasan buatan dari pembicaraan manusia. Komputer yang digunakan untuk tujuan ini disebut speech syhthesizer dan dapat diterapkan pada perangkat lunak dan perangkat keras. Sebuah sistem text to speech (TTS) merubah bahasa normal menjadi pembicaraan.

Speech buatan dapat dibuat dengan potongan-potongan concatenating speech yang direkam disimpan dalam database. Sistem berbeda dalam ukuran speech yang disimpan unit; sebuah sistem yang menyimpan telepon atau diphones memberikan output terbesar jangkauan, tapi mungkin kurang jelas. 

Untuk keperluan khusus domain, yang menyimpan seluruh kata-kata atau kalimat memungkinkan output yang berkualitas tinggi. Atau, synthesizer dapat menggabungkan model sistem vokal dan karakteristik suara manusia lain untuk membuat yang benar-benar "sintetik" output suara.


Kualitas synthesizer speech dinilai oleh kesamaan dengan suara manusia dan kemampuannya untuk dipahami. Sebuah dimengerti text-to-speech program yang memungkinkan orang-orang dengan gangguan visual atau membaca cacat untuk mendengarkan karya-karya tulis di komputer rumah. Banyak sistem operasi komputer termasuk alat bicara sejak awal 1980-an.
http://joanmathilda.files.wordpress.com/2009/11/untitled1.jpg

Rabu, 09 November 2011

Perancangan Terstruktur & Perancangan Berorientasi Objek


 

1. Konsep Dasar

1.1 Perancangan Terstruktur

Konsep pengembangan sistem terstruktur bukan merupakan konsep yang baru. Teknik perakitan di pabrik-pabrik dan perancangan sirkuit untuk alat-alat elektronik adalah dua contoh dari konsep ini yang banyak digunakan di industri-industri. Konsep ini memang relatif masih baru digunakan dalam mengembangkan sistem informasi untuk dihasilkan produk sistem yang memuaskan pemakainya. Melalui pendekatan terstruktur, permasalahan-permasalahan yang komplek di organisasi dapat dipecahkan dan hasil dari sistem akan mudah untuk dipelihara, fleksibel, lebih memuaskan pemakainya, mempunyai dokumentasi yang baik, tepat pada waktunya, sesuai dengan anggaran biaya pengembangannya, dapat meningkatkan produktivitas dan kualitasnya akan lebih baik (bebas kesalahan). Salah satu tools dan teknik dalam pengembangan sistem terstruktur adalah menggunakan DFD (Data Flow Diagram = Diagram Arus Data, DAD).

1.2 Perancangan Berorientasi Objek

Suatu teknik atau cara pendekatan baru dalam melihat permasalahan dan sistem (sistem perangkat lunak. Sistem informasi, atau sistem lainnya). Pendekatan berorientasi objek akan memandang sistem yang akan dikembangkan sebagai suatu kumpulan objek yang berkorespondensi dengan objek-objek dunia nyata. Ada banyak cara untuk mengabstraksikan dan memodelkan objek-objek tersebut, mulai dan abstraksi objek. kelas. hubungan antar kelas sampai abstraksi sistem. Saat mengabstraksikan dan memodelkan objek ini, data dan proses-proses yang dipunyai oleh objek akan dienkapsulasi (dibungkus) menjadi satu kesatuan. Dalam rekayasa perangkat lunak. konsep pendekatan berorientasi objek dapat diterapkan pada tahap analisis. perancangan. pemrograman, dan pengujian perangkat lunak. Ada berbagai teknik yang dapat digunakan pada masing-masing tahap tersebut, dengan aturan dan alat bantu pemodelan tertentu.


 

2. Tools yang digunakan

2.1 Perancangan Terstruktur

  • DFD (Data Flow Diagram )
  • Kamus Data
  • Entity Relationship Diagram (ERD)
  • State Transition Diagram (STD)

2.2 Perancangan Berorientasi Objek

  1. Object Oriented Analysis (OOA) dan Object Oriented Design (OOD) dari Peter Coad dan Edward Yourdon [1990].
  2. Object Modeling Technique (OMT) dan James Rumbaugh, Michael Blaha, William Premerlan, Frederick Eddy dan William Lorensen [1991].
  3. Object Oriented Software Engineering (OOSE) dan Ivar Jacobson [1992].
  4. Booch Method dan Grady Booch [1994].
  5. Sritrop dan Steve Cook dan John Daniels [1994].
  6. UML (Unified Modeling Language) dari James Rumbaugh. Grady Booch dan Ivar Jacobson [1997].


     

3. Metodologi Pengembangan Sistem

3.1 Metodologi Perancangan Terstruktur

3.1.1 Metodologi pemecahan fungsional

Metodologi ini menekankan pada pemecahan sistem ke dalam subsistem-subsistem yang lebih kecil, sehingga akan lebih mudah untuk dipahami, dirancang, dan diterapkan.

3.1.2 Metodologi berorientasi data

Metodologi ini menekankan pada karakteristik data yang akan diproses.

3.1.3 Prescriptive methodologies

Metodologi ini merupakan metodologi yang dikembangkan oleh sistem house dan pabrik-pabrik perangkat lunak dan tersedia secara komersial dalam paket-paket program.

3.2 Metodologi Perancangan Berorientasi Objek

3.2.1 Encapsulation

Encapsulation merupakan dasar untuk pembatasan ruang lingkup program terhadap data yang diproses. Data dan prosedur atau fungsi dikemas bersama-sama dalam suatu objek, sehingga prosedur atau fungsi lain dari luar tidak dapat mengaksesnya. Data terlindung dari prosedur atau objek lain, kecuali prosedur yang berada dalam objek itu sendiri.

3.2.2 Inheritance

Inheritance adalah teknik yang menyatakan bahwa anak dari objek akan mewarisi data/atribut dan metode dari induknya langsung. Atribut dan metode dari objek dari objek induk diturunkan kepada anak objek, demikian seterusnya. Inheritance mempunyai arti bahwa atribut dan operasi yang dimiliki bersama di anatara kelas yang mempunyai hubungan secara hirarki. Suatu kelas dapat ditentukan secara umum, kemudian ditentukan spesifik menjadi subkelas. Setiap subkelas mempunyai hubungan atau mewarisi semua sifat yang dimiliki oleh kelas induknya, dan ditambah dengan sifat unik yang dimilikinya. Kelas Objek dapat didefinisikan atribut dan service dari kelas Objek lainnya. Inheritance menggambarkan generalisasi sebuah kelas.

3.2.3 Polymorphism

Polimorfisme yaitu konsep yang menyatakan bahwa seuatu yang sama dapat mempunyai bentuk dan perilaku berbeda. Polimorfisme mempunyai arti bahwa operasi yang sama mungkin mempunyai perbedaan dalam kelas yang berbeda. Kemampuan objek-objek yang berbeda untuk melakukan metode yang pantas dalam merespon message yang sama. Seleksi dari metode yang sesuai bergantung pada kelas yang seharusnya menciptakan Objek.


 

4. Kelebihan dan Kekurangan

4.1 Perancangan Terstruktur

Kelebihan

  1. Milestone diperlihatkan dengan jelas yang memudahkan dalam manajemen proyek
  2. SSAD merupakan pendekatan visual, ini membuat metode ini mudah dimengerti oleh pengguna atau programmer.
  3. Penggunaan analisis grafis dan tool seperti DFD menjadikan SSAD menjadikan bagus untuk digunakan.
  4. SSAD merupakan metode yang diketahui secara umum pada berbagai industry.
  5. SSAD sudah diterapkan begitu lama sehingga metode ini sudah matang dan layak untuk digunakan.
  6. SSAD memungkinkan untuk melakukan validasi antara berbagai kebutuhan
  1. SSAD relatif simpel dan mudah dimengerti.

    Kekurangan

    1. SSAD berorientasi utama pada proses, sehingga mengabaikan kebutuhan non-fungsional.
    2. Sedikit sekali manajemen langsung terkait dengan SSAD
    3. Prinsip dasar SSAD merupakan pengembangan non-iterative (waterfall), akan tetapi kebutuhan akan berubah pada setiap proses.
    4. Interaksi antara analisis atau pengguna tidak komprehensif, karena sistem telah didefinisikan dari awal, sehingga tidak adaptif terhadap perubahan (kebutuhan-kebutuhan baru).
    5. Selain dengan menggunakan desain logic dan DFD, tidak cukup tool yang digunakan untuk mengkomunikasikan dengan pengguna, sehingga sangat sliit bagi pengguna untuk melakukan evaluasi.
    6. Pada SAAD sliit sekali untuk memutuskan ketika ingin menghentikan dekomposisi dan mliai membuat sistem.
    7. SSAD tidak selalu memenuhi kebutuhan pengguna.
    8. SSAD tidak dapat memenuhi kebutuhan terkait bahasa pemrograman berorientasi obyek, karena metode ini memang didesain untuk mendukung bahasa pemrograman terstruktur, tidak berorientasi pada obyek (Jadalowen, 2002).

    4.2 Perancangan Berorientasi Objek

    Kelebihan

    1. Dibandingkan dengan metode SSAD, OOAD lebih mudah digunakan dalam pembangunan sistem
    2. Dibandingkan dengan SSAD, waktu pengembangan, level organisasi, ketangguhan,dan penggunaan kembali (reuse) kode program lebih tinggi dibandingkan dengan metode OOAD (Sommerville, 2000).
    3. Tidak ada pemisahan antara fase desain dan analisis, sehingga meningkatkan komunikasi antara user dan developer dari awal hingga akhir pembangunan sistem.
    4. Analis dan programmer tidak dibatasi dengan batasan implementasi sistem, jadi desain dapat diformliasikan yang dapat dikonfirmasi dengan berbagai lingkungan eksekusi.
    5. Relasi obyek dengan entitas (thing) umumnya dapat di mapping dengan baik seperti kondisi pada dunia nyata dan keterkaitan dalam sistem. Hal ini memudahkan dalam mehami desain (Sommerville, 2000).
    6. Memungkinkan adanya perubahan dan kepercayaan diri yang tinggi terhadap kebernaran software yang membantu untuk mengurangi resiko pada pembangunan sistem yang kompleks (Booch, 2007).
    7. Encapsliation data dan method, memungkinkan penggunaan kembali pada proyek lain, hal ini akan memperingan proses desain, pemrograman dan reduksi harga.
    8. OOAD memungkinkan adanya standarisasi obyek yang akan memudahkan memahami desain dan mengurangi resiko pelaksanaan proyek.
    9. Dekomposisi obyek, memungkinkan seorang analis untuk memcah masalah menjadi pecahan-pecahan masalah dan bagian-bagian yang dimanage secara terpisah. Kode program dapat dikerjakan bersama-sama. Metode ini memungkinkan pembangunan software dengan cepat, sehingga dapat segera masuk ke pasaran dan kompetitif. Sistem yang dihasilkan sangat fleksibel dan mudah dalam memelihara.

    Kekurangan

    1. Pada awal desain OOAD, sistem mungkin akan sangat simple.
    2. Pada OOAD lebih fockus pada coding dibandingkan dengan SSAD.
    3. Pada OOAD tidak menekankan pada kinerja team seperti pada SSAD.
    4. Pada OOAD tidak mudah untuk mendefinisikan class dan obyek yang dibutuhkan sistem.
    5. Sering kali pemrogramam berorientasi obyek digunakan untuk melakukan anlisisis terhadap fungsional siste, sementara metode OOAD tidak berbasis pada fungsional sistem.
    6. OOAD merupakan jenis manajemen proyek yang tergolong baru, yang berbeda dengan metode analisis dengan metode terstruktur. Konsekuensinya adalah, team developer butuh waktu yang lebih lama untuk berpindah ke OOAD, karena mereka sudah menggunakan SSAD dalam waktu yang lama ( Hantos, 2005).
    7. Metodologi pengembangan sistem dengan OOAD menggunakan konsep reuse. Reuse merupakan salah satu keuntungan utama yang menjadi alasan digunakannya OOAD. Namun demikian, tanpa prosedur yang emplisit terhadap reuse, akan sangat sliit untuk menerapkan konsep ini pada skala besar (Hantos, 2005).


     

    Referensi :

    http://elista.akprind.ac.id/staff/catur/APSI/05-Pendekatan%20Perancangan%20Terstruktur.pdf

    http://myth90.blogspot.com/2011/11/perancangan-terstruktur-dan.html

    http://supriliwa.wordpress.com/2010/05/07/perbandingan-metode-terstruktrur-dan-obyek-oriented-pada-pengambangan-sistem-informasi/

    http://www.gangsir.com/download/4-PendekatanPengembanganSistemBerorientasiObjekdanPenggunaanAlatalatPemodelan.pdf


     


     

Jumat, 04 November 2011

Aplikasi Teknologi Menggunakan Wireless

Mobile Tracking

Saat ini dunia telekomunikasi dan informasi telah berkembang pesat dan menjadi kebutuhan setiap orang. Perkembangan pesat dan menjadi kebutuhan setiap orang. Perkambangan teknologi Global Positioning System (GPS), perangkat telepon seluler, sistem informasi geografis, dan teknologi telekomunikasi nirkabel (wireless) telah menimbulkan suatu gagasan untuk mewujudkan suatu sistem elektronis yang dapat menentukan jejak atau perlintasan suatu obyek (dalam hal ini, mobil atau kendaraan lainnya) dan mengirim atau menginformasikannya kepada pihak yang berkepentingan (dalam hal ini, pemilik mobil atau pihak yang berkepentingan mengawasi mobil tersebut).

Global Positioning System (GPS) adalah suatu sistem radio navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit (NAVSTAR-GPS, Navigation Satelite Timing an Ranging GPS). GPS digunakan untuk memperoleh informasi posisi, kecepatan (velocity), dan waktu. Sistem elektronis tersebut membutuhkan suatu teknologi komunikasi bergerak yang dapat melewatkan data/informasi dari GPS. Teknologi GSM merupakan salah satu teknologi yang banyak digunakan karena mempunyai fasilitas SMS dan juga banyak diterapkan pada teknologi mobile station.

Langkah selanjutnya adalah mengintegrasikan GPS dan GSM dengan membangun antarmuka antara GPS dan GSM dengan menggunakan mikrokontroler digital keluarga AVR tipe Atmega8535.

Langkah terakhir adalah membuat anatarmuka sistem elektronis tersebut dengan pengguna. Direncanakan akan dibuat antarmuka peta digitak pada sisi pengguna. Dengan perkembangan teknologi seluler saat ini dan perkembangan platform Java, khususnya J2ME, untuk aplikasi mobile seperti ponsel, dimungkinkan untuk pengembangan layanan tersebut dalam bentuk grafis yang familier.

Dengan ide dasar tersebut, maka diusulkan prototipe sistem elektronis bernama Sistem Tracking dan Navigasi Kendaraan Berbasis SMS dan GPS.

Sistem elektronis ini terdiri atas Hp user, Hp sistem, sensor, GPS, indokator, dan sistem kendali seluruh sistem elektronisi ini.

Beberapa fungsi dari sistem elektronis tersebut adalah :

  1. Sebagai pelacak lokasi kendaraan yang telah dipasang. Misalnya sebagai menajemen aset dan armada yang memungkinkan pelacakan lokasi dan status kendaraan tertentu. Beberapa contoh, misalnya perusahaan jasa pengiriman paket ingin mengetahui lokasi paketnya, armada perusahaan minyak ingin mengetahui lokasi keberadaan truk minyaknya agar tidak terjadi kasus penggelapan, orang tua ingin mengetahui status keberadaan anaknya, lokasi armada angkutan umum, seperti taksi, bus untuk emngoptimalkan pelayanan.
  2. Sebagai sistem pemadu navigasi kendaraan. Contoh pemakaiannya dapat berupa pemanduan rute secara dinamis, yang memadu pengendara agar tidak tersesat di daerah yang baru. Sistem ini cocok digunakan pada persewaan kendaraan yang dapat dimanfaatkan bagi turis lokal maupun mancanegara sebagai pemandu menuju objek pariwisata.
  3. Aplikasi peta digital dapat digunakan untuk menentukan rute tercepat dalam mancapai posisi tujuan. Sistem ini dapat digunakan untuk menginformasikan kondisi jalan untuk melacak rute tercepat atau terdekat untuk mencapai tujuan. Banyak faktor mempengaruhi kondisi jalan, seperti penutupan jalan, kecelakaan, penutupan gang, konstruksi jalan, kemacetan, keramaian kota (pesta), peresmian gedung, dan sebagainya.
  4. Sebagai detektor pencurian kendaraan melalui SMS, sehingga pemilik kendaraan dapat mengetahui lokasi kendaraanya di manapun keberadaannya. Pada pencurian yang lebih serius (kritis), sinyal bahaya dapat diinformasikan melalui pangilan (missed call).
  5. Fungsi lainnya dapat digunakan sebagai alat kendali kendaraan dari jarak jauh, misalnya untuk menghidupkan atau mematikan mesin kendaraan dari jarak jauh.

Beberapa keuntungan yang diperoleh dari sistem mobile tracking ini adalah :

  1. Tampilan lebih familier karena data mentah dari GPS telah diolah menggunakan platform Java J2ME (Java 2 Micro Edition). Di dalam handphone user nantinya akan menampilkan menu khusus untuk mengakses sistem elektronis ini dengan cepat.
  2. Akurasi yang tinggi untuk informasi posisi maupun kecepatan yang diperoleh dari GPS. Tingkat akurasi informasi yang diperoleh dari GPS ini tergolong tinggi dengan keakuratan 3-10 meter, bergantung pada GPS receiver dan kekuatan sinyal.
  3. Pengaksesannya cukup sederhana karena user cukup memberikan perintah kepada sistem melalui SMS.
  4. Bentuk dan ukuran alat yang kecil. Sistem ini akan didesain dengan menggunakan komponen yang seminimal mungkin, sehingga menghasilkan bentuk dan ukuran kecil, yang dapat dipasang pada tempat yang tersembunyi dengan praktis.
  5. Catu daya yang rendah dan tidak boros dengan mengambilnya dari accu kendaraan. Sebagian besar komponen sistem ini menggunakan IC digital TTL yang berdaya rendah. Selain itu untuk sistem elektronis, catu daya akan didesain untuk memberikan catu langsung pada handphone dan GPS, sehingga pada saat dioperasikan, kasus kehabisan baterai tidak perlu dikhawatirkan lagi.
  6. Biaya produksi yang tidak besar dan memungkinkan untuk diproduksi secara massal.

Keterbatasan pada sistem mobile tracking ini adalah :

  1. Sinyal SMS bergantung pada ketersediaan jaringan provider ponsel, sehingga untuk penggunaan pada dearah yang tidak terdapat jaringan telepon seluler (blank spot), alat tidak dapat berfungsi dengan sempurna.
  2. GPS receiver bergantung pada kemampuannya untuk menangkap sinyal dari (minimal) tiga satelit GPS, dan keterbatasan GPS yang tidak dapat digunakan di dalam ruangan, sehingga pemakaian pada kendaraan posisi receiver GPS diletakkan di luar atau memerlukan tambahan antena luar
  3. Terdapat delay waktu pada SMS.


 

Refrensi :

Makodian, Nuraksa dan Wardhana, Lingga. 2010. Teknologi Wireless Communication dan Wireless Broadband. Yogyakarta : Penerbit C.V Andi Offset

Kamis, 03 November 2011

Layanan Telematika

Berdasarkan Instruksi Pesiden Republik Indonesia (Inpres) nomor 6 tahun 2001. Pesatnya kemajuan teknologi telekomunikasi, media, dan informatika atau disingkat sebagai teknologi telematika serta meluasnya perkembangan infrastruktur informasi global telah merubah pola dan cara kegiatan bisnis dilaksanakan di industri, perdagangan, dan pemerintah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat informasi telah menjadi paradigma global yang dominan. Kemampuan untuk terlibat secara efektif dalam revolusi jaringan informasi akan menentukan masa depan kesejahteraan bangsa.

Berbagai keadaan menunjukkan bahwa Indonesia belum mampu mendayagunakan potensi teknologi telematika secara baik, dan oleh karena itu Indonesia terancam "digital divide" yang semakin tertinggal terhadap negara-negara maju. Kesenjangan prasarana dan sarana telematika antara kota dan pedesaaan, juga memperlebar rurang perbedaan sehingga terjadi pula "digital divide" di dalam negara kita sendiri. Indonesia perlu melakukan terobosan agar dapat secara efektif mempercepat pendayagunaan teknologi telematika yang potensinya sangat besar itu,untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mempererat persatuan bangsa sebagai landasan yang kokoh bagi pembangunan secara berkelanjutan.

Pemerintah perlu secara proaktif dan dengan komitmen yang tinggi membangun kesadaran politik dan menumbuhkan komitmen nasional, membentuk lingkungan bisnis yang kompetitif, serta meningkatkan kesiapan masyarakat untuk mempercepat pengembangan dan pendayagunaan teknologi telematika secara sistematik.

Indonesia perlu menyambut komitmen dan inisiatif berbagai lembaga internasional, kelompok negara atau negara-negara lain secara sendiri-sendiri dalam meningkatkankerja sama yang lebih erat dalam penyediaan sumber daya pembiayaan, dukungan teknis, dan sumber daya lain untuk membantu Indonesia sebagai negara berkembang mengatasi "digital divide". Dengan kenyataan tersebut, pemerintah dengan ini menyatakan komitmen untuk melaksanakan kebijakan serta melakukan langkah-langkahdalam bentuk program aksi yang dapat secara nyata mengatasi "digital divide", dengan arah pengembangan sebagai yang dimaksud dalam isi kerangka kebijakan ini.


 

1. Layanan Telematika dibidang Informasi

Penggunaan teknologi telematika dan aliran informasi harus selalu ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk pemberantasan kemiksinan dan kesenjangan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Selain itu, teknologi telematika juga harus diarahkan untuk menjembatani kesenjangan politik dan budaya serta meningkatkan keharmonisan di kalangan masyarakat Wartel dan Warnet memainkan peranan penting dalam masyarakat. Warung Telekomunikasi dan Warung Internet ini secara berkelanjutan memperluas jangkauan pelayanan telepon dan internet, baik di daerah kota maupun desa, bagi pelanggan yang tidak memiliki akses sendiri di tempat tinggal atau di tempat kerjanya. Oleh karena itu langkah-langkah lebih lanjut untuk mendorong pertumbuhan jangkauan dan kandungan informasi pelayanan publik, memperluas pelayanan kesehatan dan pendidikan, mengembangkan sentra-sentra pelayanan masyarakat perkotaan dan pedesaan, serta menyediakan layanan "e-commerce" bagi usaha kecil dan menengah, sangat diperlukan. .

2. Layanan Telematika di bidang Keamanan

Layanan telematika juga dimanfaatkan pada sector-sektor keamanan seperti yang sudah dijalankan oleh Polda Jatim yang memanfaatkan TI dalam rangka meningkatkan pelayanan keamanan terhadap masyarakat. Kira-kira sejak 2007 lalu, membuka layanan pengaduan atau laporan dari masyarakat melalui SMS dengan kode akses 1120. Selain itu juga telah dilaksanakan sistem online untuk pelayanan di bidang Lalu Lintas. Polda Jatim memiliki website di http://www.jatim.polri.go.id, untuk bisa melayani masyarakat melalui internet. Hingga kini masih terus dikembangkan agar dapat secara maksimal melayani masyarakat. Bahkan Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Polda Jatim sudah banyak memanfaatkan fasilitas website ini dan sangat bermanfaat dalam menangani kasus-kasus yang sedang terjadi dan lebih mudah dalam memantau setiap perkembangan kasus atau laporan, baik laporan dari masyarakat maupun laporan internal untuk Polda Jatim sendiri. Bukan hanya penanganan kasus kejahatan semata, tapi juga termasuk laporan terkait lalu lintas, intelijen, tindak pidana ringan (tipiring) di masyarakat, pengamanan untuk pemilu, termasuk laporan bencana alam. Masyarakat juga bisa menyampaikan uneg-uneg atau opini mengenai perilaku dan layanan dari aparat kepolisian melalui email atau website . Semoga saja daerah-daerah lainnya yang tersebar diseluruh Indonesia dapat memanfaatkan teknologi telematika seperti halnya Polda Jatim agar terciptanya negara Indonesia yang aman serta disiplin.
Indonesia perlu menciptakan suatu lingkungan legislasi dan peraturan perundang-undangan.Upaya ini mencakup perumusan produk-produk hukum baru di bidang telematika (cyber law) yang mengatur keabsahan dokumen elektronik, tanda tangan digital, pembayaran secara elektronik, otoritas sertifikasi, kerahasiaan, dan keamanan pemakai layanan pemakai layanan jaringan informasi. Di samping itu, diperlukan pula penyesuaian berbagai peraturan perundang-undangan yang telah ada, seperti mengatur HKI, perpajakan dan bea cukai, persaingan usaha, perlindungan konsumen, tindakan pidana, dan penyelesaian sengketa. Pembaruan perauran perundang-udangan tersebut dibutuhkan untuk memberikan arah yang jelas, transparan, objektif, tidak diskriminatif, proporsional, fleksibel, serta selaras dengan dunia internasional dan tidak bias pada teknologi tertentu. Pembaruan itu juga diperlukan untuk membentuk ketahanan dalam menghadapi berbagai bentuk ancaman dan kejahatan baru yang timbul sejalan dengan perkembangan telematika.


 

3. Layanan Context Aware dan Event-Based

Di dalam ilmu komputer menyatakan bahwa perangkat komputer memiliki kepekaan dan dapat bereaksi terhadap lingkungan sekitarnya berdasarkan informasi dan aturan-aturan tertentu yang tersimpan di dalam perangkat. Gagasan inilah yang diperkenalkan oleh Schilit pada tahun 1994 dengan istilah context-awareness. Context-awareness adalah kemampuan layanan network untuk mengetahui berbagai konteks, yaitu kumpulan parameter yang relevan dari pengguna (user) dan penggunaan network itu, serta memberikan layanan yang sesuai dengan parameter-parameter itu. Beberapa konteks yang dapat digunakan antara lain lokasi user, data dasar user, berbagai preferensi user, jenis dan kemampuan terminal yang digunakan user.

Sebagai contoh : ketika seorang user sedang mengadakan rapat, maka context-aware mobile phone yang dimiliki user akan langsung menyimpulkan bahwa user sedang mengadakan rapat dan akan menolak seluruh panggilan telepon yang tidak penting. Dan untuk saat ini, konteks location awareness dan activity recognition yang merupakan bagian dari context-awareness menjadi pembahasan utama di bidang penelitian ilmu komputer.

Tiga hal yang menjadi perhatian sistem context-aware menurut Albrecht Schmidt, yaitu:
1) The acquisition of context

Hal ini berkaitan dengan pemilihan konteks dan bagaimana cara memperoleh konteks yang diinginkan.

Sebagai contoh : pemilihan konteks lokasi, dengan penggunaan suatu sensor lokasi tertentu (misalnya: GPS) untuk melihat situasi atau posisi suatu lokasi tersebut.
2) The abstraction and understanding of context

Pemahaman terhadap bagaimana cara konteks yang dipilih berhubungan dengan kondisi nyata, bagaimana informasi yang dimiliki suatu konteks dapat membantu meningkatkan kinerja aplikasi, dan bagaimana tanggapan sistem dan cara kerja terhadap inputan dalam suatu konteks.

3) Application behaviour based on the recognized context

Terakhir, dua hal yang paling penting adalah bagaimana pengguna dapat memahami sistem dan tingkah lakunya yang sesuai dengan konteks yang dimilikinya serta bagaimana caranya memberikan kontrol penuh kepada pengguna terhadap sistem.


 

Referensi :

- http://resty-pumpfh.blogspot.com/2009/12/layanan-telematika.html

- http://helenamayawardhani.wordpress.com/2009/07/17/context-awareness/


 


 

Minggu, 22 Mei 2011

Contoh Proposal Penelitian Ilmiah

PEMBUATAN DATABASE SISWA
PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI CERIA KOTA SUKA-SUKA

1. Latar Belakang

        Perkembangan bidang sistem informasi saat ini memungkinkan semua bidang kehidupan manusia dapat semakin ringan dikerjakan dengan bantuan komputer. Demikian halnya dengan pengelolaan data siswa di sebuah sekolah. Dengan menggunakan perangkat lunak data base, data siswa dapat diakses dengan cepat oleh kepala sekolah, guru BP, atau orang tua siswa dengan bantuan komputer.

        Untuk dapat menyelesaikan belajar pada Universitas IT Depok, Mahasiswa diharuskan membuat tugas akhir berupa suatu produk yang layak jual atau layak pakai. Kegiatan ini dipakai sebagai ujian kompetensi. Sehingga profil kompetensi lulusan Universitas Gunadarma dapat dilihat secara langsung pada bentuk tugas akhir yang dikerjakannya.

        Dari kedua hal diatas, kami sebagai Mahasiswa Universitas IT Depok semester 6, diharuskan membuat Penelitian Ilmiah dengan judul Pembuatan Database Siswa Pada Sekolah Menengah Atas Negeri Ceria Kota Suka-suka

2. Alasan Pemilihan Judul

   Kami memilih judul tersebut karena beberapa alasan, antara lain :
   a. Kompetensi Pembuatan Data Base merupakan salah satu kompetensi yang dipelajari di jurusan Sistem Informasi Universitas IT Depok.
   b. Program Data Base Siswa sangat diperlukan di Sekolah yang dapat digunakan untuk mengetahui secara cepat data-data tentang siswa.
       

3. Tujuan Pembuatan Tugas Akhir.
    a. Memenuhi salah satu persyaratan untuk dapat menyelesaikan Penelitian Ilmiah.
    b. Mengaktualisasikan diri sebagai tenaga teknik informatika tingkat menengah.

4. Jenis Kegiatan.
    a. Proyek, menghasilkan suatu produk data base siswa.
    b. Perseorangan, dikerjakan sendiri dengan bimbingan Dosen Pembimbing Sistem Informasi Ibu..............

5. Strategi Pelaksanaan.
    Pelaksanaan ini melalui strategi atau tahapan sebagai beikut :
    a. Mengadakan pendekatan ke pihak sekolah.
    b. Meminta ijin ke sekolah.
    c. Pengumpulan data.
    d. Pembuatan design data base dan tampilan.
    e. Memasukkan data (data entry).
    f.  Uji coba.
    g. Perbaikan.
    h. Pemasangan program pada komputer sekolah.
    i.  Pelatihan bagi operator data base di sekolah.
    j.  Pembuatan buku penelitian ilmiah.
    k. Presentasi di muka penguji.

6. Waktu dan tempat.
    a. Waktu  : 25 Juli 2011 s/d 17 Oktober 2011.
    b. Tempat : SMAN Ceria Kota Suka-suka.

7. Pelaksanaan Kegiatan.
 

No

Kegiatan

Juli

Agustus

September

Oktober

Keterangan

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1.

Pemilihan Judul

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

2.

Konsultasi dengan pembimbing

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

3.

Pendekatan ke sekolah

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

4.

Meminta ijin ke sekolah

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

5.

Pengumpulan Data

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

6.

Pembuatan Design Data Base dan Tampilan

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

7.

Memasukkan data (Data Entry)

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

8.

Uji Coba

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

9.

Perbaikan

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

10

Pemasangan Program pada Komputer Sekolah

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

11.

Pelatihan bagi operator di sekolah

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

12.

Pembuatan Buku Penelitian Ilmiah

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

13.

Presentasi di muka penguji

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

14.

Revisi Buku Tugas Akhir

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

8. Pendanaan   

No

Kegiatan / Barang

Jumlah

Biaya satuan

Total Biaya

Keterangan

1.

Pembuatan Proposal

3 buah

Rp    5.000,00

Rp        15.000,00

  

2.

Pembelian Buku Microsoft Acces 2010

1buah

Rp   30.000,00

Rp        30.000,00

  

3.

Transport

16 kali

Rp     4.000,00

Rp        64.000,00

  

4.

Pembuatan Buku Penelitian Ilmiah

3 buah

Rp   20.000,00

Rp        60.000,00

  

5.

CD-R

2 buah

Rp     4.000,00

Rp          8.000,00

  

6.

Sewa Komputer

60 jam

Rp     1.000,00

Rp        60.000,00

  

7.

Perlengkapan presentasi Penelitian Ilmiah

1 unit

Rp   25.000,00

Rp        25.000,00

  

8.

Lain-lain

  

  

Rp        28.000,00

  

J u m l a h

Rp      290 .000,00
(dua ratus sembilan puluh ribu rupiah)


Dana berasal dari :
a. Orang tua                                                                    : Rp  100.000,00 (seratus ribu rupiah)
b. Diharapkan partisipasi dari SMAN Ceria Kota Suka-suka     : Rp  190.000,00 (seratus sembilan puluh ribu rupiah)

9. Pelaporan

Semua kegiatan yang mendukung Tugas Akhir ditulis dalam Buku Proyek Akhir yang sistimatikanya sebagai berikut :

Halaman Judul
Pengesahan
Abstrak
Kata pengantar
Ucapan Terima Kasih
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
BAB I Pendahuluan
            1.1 Latar Belakang
            1.2 Tujuan Penulisan
            1.3 Permasalahan
            1.4 Batasan Masalah
            1.5 Sistimatika Pembahasan
BAB II Teori Penunjang
            2.1 Data Base
            2.2 Microsoft Acces 2010
            2.3 Jaringan Komputer
            2.4 Intranet
            2.5 HTML
            2.6 PHP
BAB III Perencanaan dan Pembuatan
            3.1 Blok Diagram program
            3.2 Instalasi Operating System Windows 7
            3.3 Instalasi Microsoft Office
            3.4 Instalasi PHP Triad
            3.5 Pemasangan Driver ODBC Microsoft Acces
            3.6 Pembuatan Design Data Base
            3.7 Pembuatan Design Tampilan menggunakan HTML dan PHP
BAB IV Pengujian dan Analisa
            4.1 Pengujian tampilan halaman depan
            4.2 Pengujian program pencarian nama siswa
            4.3 Pengujian program data seorang siswa
            4.4 Pengujian program penampilan nilai siswa
BAB V Penutup
            5.1 Kesimpulan
            5.2 Saran-saran
Daftar Pustaka
Lampiran

Mengetahui

Pembimbing

  

Depok, 7 Juli 2011
Penyusun

  

  

  

Dr. Xavi Hernandez

  

Haikal Rifki